Minggu, 04 Januari 2015

KERANGA KARANGAN DAN PENULISAN ILMIAH



Secara umum, tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam menyusun karangan ilmiah dibagi menjadi lima tahap, yaitu: (1) persiapan, (2) pengumpulan data, (3) pengorganisasian dan pengonsepan, (4) pemeriksaan atau penyuntingan konsep, dan (5) penyajian.

Tahap persiapan adalah tahap awal yang perlu dilakukan dalam menulis karangan ilmiah. Tahap ini terdiri dari, memilih topik, menentukan judul, dan membuat kerangka karangan. Topik yang dipilih sebaiknya topik yang menarik dan diketahui oleh penulis. Selain itu, topik yang baik adalah topik yang mempunyai lingkup yang terbatas. Setelah menentukan topik langkah selanjutnya adalah menentukan judul. Penentuan judul dalam karangan ilmiah dapat dilakukan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, di mana, kapan, bagaimana. Selain itu, dalam membuat sebuah karangan ilmiah judul haruslah berupa frasa bukan kalimat. Langkah terakhir dalam tahap persiapan adalah menentukan kerangka karangan. Kerangka ini nantinya akan membantu dalam proses penulisan karangan. Selain itu, kerangka inilah yang akan menjadi acuan dalam membuat karangan sehingga akan menjadi runtut dan teratur dalam memaparkan atau menganalisis masalah.

Tahap kedua dalam menulis karangan ilmiah adalah pengumpulan data. Data dapat diperoleh dari beberapa sumber yaitu, media dan lapangan. Data yang diperlukan dapat diperoleh dari media, antara lain buku, koran, majalah, internet, ataupun media yang lain. Selain itu, data juga dapat diperoleh langsung di dalam lapangan. Data yang berasal dari lapangan dapat diperoleh dengan cara pengamatan, wawancara, atau eksperimen. Data yang dikumpulkan haruslah data yang relevan dengan karangan yang akan dibuat.

Dalam pengorganisasian atau pengonsepan, data yang telah kita peroleh dibagi berdasarkan jenis, sifat, atau bentuk. Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan penganalisisan data dengan menggunakan teknik yang diperlukan. Misalnya, data yang bersifat kuantitatif dapat diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik atau metode statistik. Setelah data diolah dan dianalisis, kemudian dapat dilakukan pengonsepan karangan ilmiah sesuai dengan kerangka yang telah dibuat.

Tahap keempat adalah pemeriksaan atau penyuntingan konsep. Dalam tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap konsep yang saling bertentangan maupun yang berulang-ulang. Dalam tahap ini, penjelas yang tidak diperlukan maka akan dibuang, sedangkan penjelas baru yang akan mendukung karangan akan ditambahkan untuk menunjang pembahasan.

Tahap terakhir dalam menyusun karangan ilmiah adalah penyajian. Dalam penyajian karangan ilmiah haruslah diperhatikan dari segi bahasa dan bentuk penyajian. Kalimat yang digunakan dalam menulis karangan ilmiah harus sesuai dengan standar Bahasa Indonesia yang baku. Sedangkan dalam bentuk penyajian, perlu diperhatikan urutan unsur-unsur karangan dan ketentuan yang berlaku.









KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berisi tentang latar belakang suatu masalah yang akan diangkat oleh penulis.

1.2. Perumusan Masalah

Berisi tentang masalah-masalah yang akan dibahas, dan permasalahan tersebut akan di pecahkan dengan penulisan ilmiah tersebut.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Berisi tentang manfaat serta tujuan pokok permasalahan yang di ambil oleh penulis.

1.4. Metode Penelitian

Berisi tentang tahap-tahap apa sajja yang dilakukan oleh penulis selama pengerjaan penulisan ilmiah.
LANDASAN TEORI

III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Seperti yang telah dituliskan di atas bahwa sebuah karya ilmiah dibuat berdasarkan sistematika penulisan, maka pada kesempatan kali ini kami akan memaparkan tentang Sistematika Penulisan Karya Ilmiah, yaitu :

Sistematika Penulisan Karya Ilmiah

JUDUL

ABSTRAK

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

BABI. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan Penulisan
Manfaat Penulisan

BAB II. KAJIAN TEORETIS DAN METODOLOGI PENULISAN
Kajian Teoretis
Kerangka Berpikir
Metodologi Penulisan

BAB III. PEMBAHASAN (judul sesuai topik masalah yang dibahas)
Deskripsi Kasus
Analisis Kasus

BAB IV. KESIMPULAN
Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN (termasuk sinopsis gambaran umum perusahaan yang ditulis)

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah

Memuat fakta-fakta atau sebab yang relevan sebagai titik tolak dalam merumuskan masalah penulisan dan mengemukakan alasan penentuan masalah. Penulis dapat mengutip/mengemukakan pendapat para ahli, berita melalui media massa, peraturan perundang-undangan yang mendukung terhadap fakta atau fenomena yang akan ditulis. Setiap peraturan dan perundang-undangan yang dikutip tidak ada catatan kaki, sedangkan pendapat para ahli, berita melalui media massa harus disertai catatan kaki.
Perumusan Masalah

Menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin dicari jawabannya. Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang dibahas, diakhir pertanyaan harus memberikan tanda tanya (?).
Tujuan dan Manfaat
Tujuan Penulisan : Menyebutkan secara spesifik maksud yang ingin dicapai dalam penulisan.
Manfaat Penulisan : Kontribusi hasil penulisan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN METODOLOGI PENULISAN
Kajian Teoretis

Pemaparan beberapa teori ilmiah dan temuan-temuan lain yang dianggap perlu dan relevan dengan pokok masalah Setiap teori yang dikutip harus disertai penjelasan dan komentar penulis tentang kaitan teori tersebut dangan masalah. Sedangkan pada akhir dari semua teori-teori yang dikutip, penulis harus memunculkan sebuah kesimpulan terkait dengan permasalahan.
Kerangka Berpikir

Argumentasi penulis yang didasari pada teori-teori ilmiah yang telah dikemukakan dimuka. Penelitis harus menjelaskan suatu alur kerja atau saling keterkaitan antar indikator dengan permasalahan yang dibahas. Peneliti dapat untuk mengungkapkannya dapat menggunakan bantuan skema atau bagan penjelasan.
Metodologi Penulisan
Tempat dan waktu : jelaskan tempat/lokasi observasi dengan menyebutkan nama perusahaan serta alamatnya, kemudian sebutkan waktu observasi sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh masing-masing program studi.
Metode :
Sebutkan nama metode yang digunakan (misalnya: metode deskriptif analisis).
Teknik pengumpulan data (misalnya: wawancara, observasi, menggunakan kuesioner).
Teknik Analisis Data (misalnya: memakai rumus statistik, rumus keuangan, atau model analisis lain

seperti SWOT, EOQ, EVA, ABC).

BAB III

PEMBAHASAN (judul bab ini harus sesui dengan topik yang diangkat)
Deskripsi Kasus

Mengidentifikasi kasus-kasus yang terdapat pada perusahaan (sesuai dengan kekhususan bidang ilmu penulis). Kasus yang diidentiftkasi di mulai dengan kasus sederhana sampai pada kasus kompleks dan rumit sesuai dengan urgensi fenomena yang diangkat pada perumusan masalah. Kasus yang diangkat merupakan kasus yang ditemukan di perusahaan dan penulis terlebih dahulu melakukan konfirmasi dengan pihak perusahaan (guna menjamin kesahihan kasus). Kasus-kasus yang bersifat rahasia tidak disarankan untuk dibahas oleh penulis. Kasus yang diangkat dapat berupa point-point uraian penjelasan atau berupa tabel, diagram dan sebagainya.
Analisis Kasus

Penulis melakukan pengkajian terhadap kasus yang dipilih sesuai urgensi permasalahan dan berusaha mengkaitkan dengan konsep teori dan temuan-temuan lain yang dianggap perlu. Untuk mendapatkan solusi/pemecahan terhadap kasus yang dibahas, penulis dapat juga menggunakan model-model analisis seperti analisis SWOT, EOQ dan sebagainya sesuai kebutuhan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Peneliti harus meyimpulkan hasil temuan dari analisis kasus dalam bentuk point-point penting secara jelas dan tepat (tidak boleh menulis simpulan diluar kasus yang dianalisis). Berangkat dari kesimpulan tersebut penulis memberikan saran-saran yang berguna terkait dengan kasus yang telah dianalisis (untuk jangka pendek, menengah dan panjang) terutama ditujukan kepada perusahaan yang ditulis dan kegunaannya bagi perkembangan IPTEK. Pada bab ini antara Kesimpulan dan Saran masing-masing dijadikan sub-bab tersendiri.

Teknik Penulisan Laporan Karya Ilmiah
Bahan dan Teknik Pengetikan
Kertas
Kertas yang digunakan untuk menulis karya ilmiah adalah kertas HVS 80 gram berukuran A4 (21,0 cm x 29,7 cm).
Sampul (kulit luar) berupa soft cover dari bahan buffalo atau linen pada saat ujian karya ilmiah dan hard cover setelah ujian (revisi) dan dinyatakan lulus dengan warna magenta.
Pembatas antara bab yang satu dengan bab lainnya diberikan pembatas kertas doorslag warna magenta berlogo Universitas Negeri.
Jenis Huruf
Naskah karya akhir menggunakan jenis huruf yang sama, dari awal sampai akhir, yaitu Times New Roman, ukuran font 12, kecuali judul bab digunakan ukuran font 14 dan footnote dengan ukuran font 9.
Huruf tebal digunakan untuk judul bab, sub bab, tabel, gambar dan lampiran.
Huruf miring dapat digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya istilah/kata dalam bahasa asing, atau kata yang ingin ditekankan.
Margin

Batas pengetikan dari tepi kertas untuk naskah karya ilmiah adalah sebagai berikut :
Tepi atas 4 cm
Tepi bawah 3 cm
Tepi kiri 4 cm
Tepi kanan 3 cm
Format
Setiap judul bab dan judul lembaran dimulai halaman baru diketik dengan huruf kapital diletakkan di tengah (centering) bagian atas halaman.
Sub bab diketik di pinggir sisi kiri halaman dengan menggunakan huruf kecil tebal kecuali huruf pertama pada setiap kata diketik dengan huruf kapital.
Setiap alinea baru, kata pertama diketik masuk ke kanan setelah ketukan ketujuh atau mulai pada ketukan delapan.
Tabel dalam teks disertai nomor tabel dan judul tabel diketik dengan huruf “T” kapital seperti Tabel II.1, berarti tabel Bab II yang pertama dan seterusnya serta penempatannya di atas tabel.
Gambar dalam teks disertai nomor gambar dan judul gambar diketik dengan huruf “G” kapital seperti Gambar III.1, berarti gambar Bab III yang pertama dan seterusnya serta ditempatkan di bawah gambar.
Penulisan lambang atau simbol sebaiknya menggunakan fasilitas program perangkat lunak komputer. Sedangkan satuan dan singkatan yang digunakan hanya yang lazim dipakai dalam disiplin ilmu masing-masing seperti: 100 C; kg; 12 ppm; ml; dan sebagainya.
Istilah asing yang dalam teks dicetak miring(Italic) misalnya: et al.; ibid; supply; centring; dan sebagainya.
Setelah tanda koma, titik koma, dan titik dua diberi jarak satu ketukan dan sebelumnya tidak perlu diberi spasi.
Pemutusan kata harus mengikuti kaedah bahasa Indonesia yang baku dan benar.
Spasi
Jarak antara baris dalam teks adalah dua spasi, kecuali kalimat judul, sub judul, sub bab, judul tabel, dan judul gambar serta judul lampiran adalah satu setengah spasi.
Jarak antara judul bab dengan teks pertama isi naskah atau antara judul bab dengan sub bab adalah empat spasi.
Abstrak/abstract diketik dengan jarak satu spasi; judul abstract dan seluruh teksnya diketik dengan huruf miring (Italic).
Jarak spasi sumber referensi dalam Daftar Pustaka satu spasi kecuali jarak spasi antara sumber pustaka.
Jarak baris pada kata pengantar, daftar isi dan daftar tabel maupun gambar 2 (dua) spasi.
Penomoran Halaman
Halaman Bagian Awal

Bagian awal karya ilmiah diberi nomor halaman dengan menggunakan angka Romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya) ditempatkan pada posisi tengah bawah halaman yang dimulai dari judul dalam (sesudah sampul) sampai dengan halaman Riwayat Hidup. Halaman judul dan halaman persetujuan tidak diberi nomor, tetapi diperhitungkan sebagai halaman i dan ii yang tidak perlu diketik.
Halaman Utama

Penomoran mulai dari Bab Pendahuluan sampai dengan Bab Kesimpulan dan Saran menggunakan angka Arab (1, 2, 3 dst.) dan setiap judul bab nomor diletakkan pada bagian tengah bawah dan halaman berikutnya diletakkan sudut kanan atas dengan jarak tiga spasi. Penomoran bukan bab dan sub bab menggunakan angka Arab dengan tanda kurung misalnya: 1), 2) atau (1), (2), dst.
Halaman Bagian Akhir

Penomoran pada bagian akhir karya ilmiah mulai dari Daftar Pustaka sampai dengan Riwayat Hidup menggunakan angka Arab yang diketik pada marjin bawah persis di tengah-tengah dengan jarak tiga spasi dari marjin bawah teks, dan halaman selanjutnya diketik sebelah kanan atas dengan jarak tiga spasi dari pinggir atas (baris pertama teks) lurus dengan marjin kanan teks.
KUTIPAN

Kutipan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah peneliti mengambil kutipan sesuai dengan sumber aslinya. Kutipan yang tidak lebih dari tiga baris diketik dua spasi dengan cara memberikan tanda petik diantara teks yang dikutip dan diberi nomor kutipan. kutipan yang menggunakan istilah atau bahasa asingdicetak miring dan diberi nomor kutipan Ini dapat dilihat pada contoh berikut :

Menurut Hawkins, Best dan Cooney mengemukakan pengertian sikap bahwa :“Attitude is an enduring organizational, emotional, perceptual an cognitive process with respect to some aspect environmental (Sikap adalah suatu organisasi yang bertahan lama dari motivasi, emosi, persepsi, dan proses kognitif dengan menghargai beberapa aspek lingkungan)”.

Sedangkan kutipan lebih dari tiga baris diketik satu spasi dan ditempatkan dalam alinea tersendiri. Adapun ketukan baris pertama dan seterusnya sebanyak 7 ketukan. Hal Ini dapat dilihat pada contoh berikut :

Syaiful Bahri Djamarah berpendapat bahwa kelebihan metode diskusi adalah :
Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan bukan satu jalan.
Menyadarkan anak didik bahwa dengan diskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang baik.
Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran”.

Sedangkan kutipan tidak langsung adalah peneliti menggambarkan suatu teori berdasarkan sumber kutipan.
CATATAN KAKI

Pencantuman catatan kaki diperlukan dalam penulisan karya ilmiah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sumber referensi yang menjadi kajian peneliti. Adapun unsur pokok dalam catatan kaki adalah nama penulis, judul tulisan, data publikasi (kota tempat terbit, nama penerbit, dan tahun penerbitan), serta nomor halaman. Semua sumber kutipan yang baru muncul pertama kali harus ditulis secara lengkap, sedangkan untuk pemunculan berikutnya digunakan singkatanibid, op. cit, atau loc. cit. Dalam menulis catatan kaki, baris pertama harus ke dalam sebanyak 7 (tujuh) ketukan.

Ibid adalah singkatan dari ibidem, digunakan apabila sumber kutipan pertama diikuti dengan kutipan berikutnya dimana sumbernya sama, tanpa diselingi dengan sumber kutipan lain.

Loc. cit. adalah singkatan dari loco citato, artinya yaitu tempat yang pernah dikutip. Kutipan berasal dari sumber yang sama dengan sumber yang pernah dikutip

(halamannya sama), tetapi telah diselingi dengan sumber kutipan lain.

Op. cit. adalah singkatan dari opere citato,artinya karya yang telah dikutip (dikutip terlebih dahulu). Kutipan berasal dari sumber yang sama dengan sumber yang pernah dikutip (halamannya berbeda), tetapi telah diselingi dengan sumber kutipan lain.

Contoh Penulisan Catatan Kaki:

Pada Halaman 1

1 William H. Newman, Administrative Action(London: Prentice Hall, Inc., 1963), p.463

2 Ibid., p. 473

3 Pangripto, “Manajemen Rumah Sakit”,Jurnal Kesehatan dan Gizi, Vol. 3 No. 2, Juni 1998, pp. 55-58

4 William H. Newman, loc. cit.

Pada Halaman 2

5 Gunawan Adisaputro et al., Business Forecasting: Latar Belakang Teoretis, Vol. 1 (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 1974), p. 53.

6 William H. Newman, op. cit., p.590 10John M. Spiszer, Leadership and Combat Motivation: The Critical Task, 1999, p.1 (http://www.cgsc.army.mil/milrev/english/MayJun99/Spiszer.htm).
DAFTAR PUSTAKA

Ketentuan dalam penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut :
Tuliskan nama pengarang, judul karangan dan data tentang penerbitannya (tempat, penerbit dan tahun).
Daftar pustaka disusun secara alfabetis tidak hanya huruf terdepannya tetapi juga huruf kedua dan seterusnya.
Daftar pustaka diketik satu spasi dan jarak antara masing-masing pustaka adalah dua spasi.
Huruf pertama dari baris pertama masing-masing pustaka diketik tepat pada garis tepi kiri tanpa ketukan (indensi) dan baris berikutnya digunakan indensi 7 karakter.
Apabila nama pengarang sama dan judul berbeda, maka baris pertama harus diberi garis terputus-putus sebanyak 14 (empat belas) ketukan.
Penulisan nama pengarang diawali dengan nama keluarga, kemudian namanya. Untuk dua atau tiga pengarang, nama pengarang kedua dan ketiga tidak perlu dibalik.
Penulisan nama pengarang yang bermarga cina atau mandarin, ditulis apa adanya (tidak diindeks).
Jika nama pengarang sama dalam dua tahun penerbitan berbeda, maka daftar pustaka disusun menurut urutan waktu (tahun).
Nama pengarang sama, judul berbeda perlu diberikan garis sebanyak 14 ketukan.
Sama sekali tidak boleh mencantumkan sumber referensi yang tidak pernah dibaca dan tidak boleh mencantumkan gelar.
Dalam daftar pustaka/catatan kaki, tulisan yang bersumber dari majalah/ koran/makalah yang diberi garis bawah atau ditebalkan adalah nama majalah/korannya yang menerbitkan.

Contoh Penulisan Daftar Pustaka

1) Buku
Satu Pengarang

Nasoetion, Andi Hakim. Metode Statstika.Yakarta: Penerbit PT Gramedia, 1980 Turabian, Kate L. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertations.

Chicago: University of Chicago Press, 1980.
Dua Pengarang

Kennedy, Ralph Dale dan Stewart Y. McMullen. Financial Statement: Form, AnĂ¡lisis and Interpretation. Petaling Jaya: Irwin Book Company, 1973 Pangestu, Subagyo dan Djarwanto. Statistik Deskriptif. Yogyakarta: BPFE, 1982.
Tiga Pengarang

Heidirachman R., Sukanto R., dan Irawan.Pengantar Ekonomi Preusan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Facultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, 1980. Jahoda, Marie, Morton Deutsch, dan Stuart W. Cook. Research Methods in Social Relation. New Cork: Dryden Press, 1951.
Lebih Dari Tiga Pengarang

Selltiz, Claire, et al. Research Methods in Social Relations. New Cork: Holt, Rinehart & Winston, 1959 Sukanto, et al. Business Forecasting. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Facultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 1980.
Pengarang Sama

Newman, William H. The Process of Management. London: Prentice Hall. Inc., 1961. ________________. Administratif Action. London: Prentice Hall. Inc., 1963.
Tanpa Pengarang

Author’s Guide. Englewood, Cliffs, N.J.: Prentice Hall. Inc., 1975. Scientific Method in Business. Collage Park: University of Maryland, 1973.

2) Buku Berjilid/Berseri

Edwards, James D., et al. Accounting: A Programmed Text. Vol. I. Homewood, Illinois: Richards D. Irwin, Inc., 1967. Suhardi Sigit. Azas-Azas Accounting. Bagian Pertama. Yogyakarta: Fa. Sarjana, 1968.

3) Buku Terjemahan/Saduran/Suntingan

Booth, Anne, dan Meter McCawley. Ekonomi Orde Baru. Suntingan Sujarwadi. Yakarta: LP3ES, 1982.

Conant, James B. Teori dan Soal-Soal Ekonomi Makro. Terjemahan Faried Wijaya. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 1978.

Kotler, Phlips. Marketing Management. Saduran Karyadi dan Sri Suwarsi. Surakarta: Facultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, 1978.

4) Buku Dengan Edisi Bukan Edisi Pertama

Djarwanto Ps. Statistik Nonparametrik. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE, 1985.

Shepherd, William R. Historical Atlas. 8th ed. New Cork: Barnes & Noble, 1956.

5) Bab Yang Ditulis bukan oleh Pengarang atau Penyunting Buku yang Bersangkutan

Ahluwalia, M. “Income Inequality: Some Dimensions of the Problem”, In H. Chenery, et al. Redistribution With Growth. London: Oxford University Press, 1974.

Soelistyo, Sudarsono, dan Ari Sudarman. “Prospek Kesempatan Kerja dan Pemerataan Pendapatan Dalam Repelita III”. Dalam The Kian Wie (Penyuntingan).

Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan: Beberapa Pendekatan Alternatif. Jakarta: LP3ES, 1981.

6) Seri atau Rangkaian

Sutrisno Hadi. Efisiensi Kerja. Jilid I dari Seri Kapita Selekta “Psikologi Kerja”, 5 jilid. Yogyakarta: [t.p.], [t.th].

Terman, Lewis M., dan Melita H. Olden. The Gifted Child Grows Up. Vol. 4 of the “Genetic Studies of Genius Series”, Lewis M. Terman (ed.). Standford: Stanford University Press, 1974.

7) Lembaga Sebagai Penyunting Buku

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: PN Balai Pustaka, 1980.

FAO. Production Yearbook 1975. Rome: FAO, 1976.

8) Surat Kabar

Salim, Emil. “Forest Sustainability Management”, The Jakarta Post. Februari 6, 1977.

Karlina. “Sebuah Tanggapan: Hipotesa dan Setengah Ilmuan”. Kompas. 12 Desember 1981.

9) Jurnal/Peberbitan Berkala

Rahardjo, M. Dawam. “Dunia Bisnis di Persimpangan Jalan”, Prisma. Juli 1983, 7, hal. 1-12.

Dharmawan, Johan. “Uruea dan TPS di Indonesia dalam Analisis Permintaan Kuantitatif”, Jurnal Argo Ekonomi. Mei 1982, 2, hal. 1 – 27.

10) Hasil Penelitian

Kasryno, Faisal, et al. Perkembangan Institusi dan Pengaruhnya Terhadap Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja: Kasus di Empat Desa di Jawa

Barat. Bogor: Studi Dinamika Pedesaan, 1981.

Nganji, Kalikit, et al. Regional Studi Daerah Kedu dan Surakarta. Salatiga: Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satyawacana, 1976.

11) Paper dalam Seminar/Lokakarya

Mangundikoro, Apandi. “Konservasi Tanah dalam Rangka Rehabilitasi Lahan di Wilay ah Daerah Aliran Sungai”. Kertas Kerja padaLokakarya Pola Tanam dan

Usahatani ke-IV, Bogor, 20 – 21 Juni 1983.

Suranggadjiwa, L.M. Harris. “Pengelolaan Daerah Aliran Sungai”. Kereta Kerja pada Seminar Nasional Pengembangan Lingkungan Hidup, Jakarta, 5 – 6 Juni 1978.

12) Bahan yang Tidak Diterbitkan

Brizi. Teknik Perencanaan Linear untuk Penyusunan Rencana di Bidang Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor, 1979. (Stensilan).

Coffin, Thomas E. Beyond Audience: The Measurement of Advertising Effectiveness. (Monographed report, Undated).

13) Karya ilmiah/Tesis/Disertasi

Budiarto. Sebab-sebab dan Cara Pencegahan Labour Turnover di Pabrik Rokok Menara Sala. Skirpsi Sarjana (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 1972.

Swenson, Geoffrey C. The Effect of Increases in Rice Production on Employment and Income Distribution in Thanjavur District, South India. Unpublished Ph.D.

Disertation. Minchigan: Minchigan University, 1973.

14) Artikel dalam Ensiklopedia

Banta, Richard E. “New Harmony”,Encyclopedia Britanica (1968 ed.), vol. 16, p. 305 Morris, Edward Parmelle. “The Latin Language”, The Encyclopedia Americana(1936

ed.), vol. 17, pp. 47 – 48.

15) Internet

Spiszer, John M. Leadership and Combat Motivation: The Critical Task. 1999.http://www.cgsc.army.mil /milrev/english/MayJun99/Spiszer.htm. (Diakses tanggal 12 September 1999).

SUMBER :

Arifin, E. Zaenal.1998. Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

https://saripedia.wordpress.com/tag/sistematika-dan-kerangka-penulisan-karya-ilmiah/

https://dewimanroe.wordpress.com/2014/01/08/contoh-kerangka-penulisan-karya-ilmiah/

http://www.seocontoh.com/2014/02/contoh-sistematika-penulisan-karya-ilmiah.html

GOA



Pengertian gua adalah "suatu lorong bentukan alamiah di bawah tanah yang bisa dilalui oleh manusia, yang hanya bisa dilalui hewan saja disebut gua mikro". Dalam hal ini yang dimaksud adalah gua alam, namun ada juga gua buatan manusia seperti tempat perlindungan perang dan lain-lain. Gua alam dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan letak dan batuan pembentuknya, yaitu :

•Gua lava : terbentuk akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala keaktifan vulkanologi, biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari batuan muda (endapan lahar) dan tidak memiliki ornamen batuan yang khas
•Gua litoral : sesuai namanya terdapat di daerah pantai, palung laut ataupun di tebing muara sungai, terbentuk akibat terpaan air laut (abrasi)
•Gua batu gamping (karst) : adalah fenomena bentukan gua terbesar (70% dari seluruh gua di dunia). Terbentuk akibat terjadinya peristiwa karst (pelarutan batuan kapur akibat aktifitas air) sehingga tercipta lorong-lorong dan bentukan batuan yang sangat menarik akibat proses kristalisasi dan pelarutan gamping. Diperkirakan wilayah sebaran karst Indonesia adalah yang terbesar di dunia

•Gua pasir, gua batu halit, gua es dsb. : adalah bentukan gua yang sangat jarang dijumpai di dunia, hanya meliputi 5% dari seluruh jumlah gua di dunia. Fungsi gua :
•Tempat berlindung (primitif) manusia dan hewan
•Tempat penambangan mineral (kalsit/gamping, guano) - tempat perburuan (walet, sriti, kelelawar)
•Obyek wisata alam bebas dan minat khusus
•Obyek sosial budaya (legenda, mistik) - gudang air tanah potensial sepanjang tahun •Laboratorium ilmiah yang peka, lengkap dan langka
•Indikator perubahan lingkungan paling sensitif
•Fasilitas penyangga mikro ekosistem yang sangat peka dan vital bagi kehidupan makro ekosistem di luar gua.

4. Apakah Speleologi Itu ?
Pengertian Kata Speleologi adalah Ilmu mengenai gua atau ilmu yang mempelajari tentang lingkungan gua dan membahas berbagai aspek fisik dan biologisnya. Sedang caving adalah kegiatan penelusuran gua. Secara umum menurut ketentuan internasional, setiap kegiatan penelusuran gua harus mempunyai tujuan ilmiah dan konservasi (berlaku untuk gua alam bebas). Sedangkan bila untuk tujuan wisata maka hanya diperkenankan pada gua-gua khusus yang telah dibuka sebagai obyek wisata dan telah dikelola secara profesional, lintas sektoral dan terpadu.

Panjat Tebing

DEFINISI PANJAT TEBING /ROCK CLIMBING
Pada dasarnya Panjat Tebing adalah suatu olahraga yang mengutamakan kelenturan dan kekuatan tubuh, kecerdikan serta keterampilan baik menggunakan Peralatan maupun tidak dalam menyiasati tebing itu sendiri dengan memanfaatkan cacat batuan.
di indonesia berdiri wadah untuk mengembangkan bakat panjat tebing yaitu FPTI (federasi panjat tebing indonesia).


chris sharma. climber demenan aneeee.

KATEGORI TEBING BERDASARKAN BENTUKNYA
- Face yaitu Permukaan tebing yang berbentuk datar.
- Hang yaitu Bentuk sisi miring pada tebing.
- Roof yaitu relief tebing yang berbentuk seperti teras terbalik.
- Top yaitu puncak Tebing.


PELAKU DALAM PEMANJATAN
Climber yaitu Orang yang melakukan Pemanjatan
- Belayer yaitu orang yang mengamankan pemanjat


MOTTO PANJAT TEBING
- Otak yaitu seorang pemanjat membutuhkan keterampilan khusus dalam penguasan tehnik-tehnik pemanjatan dan peralatan.
- Otot yaitu seorang pemanjat membutuhkan kekuatan khusus dalam pemanjatan dengan ini di butuhkan latihan-latihan seperti latihan fisik, beban dan senam kebugaran panjat tebing.
- Hoki yaitu keberuntungan dalam pemanjatan baik itu keselamatan maupun suksesnya pemanjatan.

ABA-ABA DALAM PEMANJATAN
- On Belay yaitu Aba-aba yang diucapkan oleh seorang pemanjat bahwa ia telah melakukan pemanjatan.
- Belay On yaitu Aba-aba yang diucapkan oleh seorang Belayer bahwa ia telah siap melakukan Pemanjatan.
- Full yaitu Aba-aba yang diucapkan seorang climber kepada Belayer untuk mengencangkan tali pemanjatan.
- Slag yaitu Aba-aba yang diucapkan seorang climber kepada seorang belayer untuk mengendurkan Tali pemanjatan.


PERALATAN PANJAT TEBING


Tali/Carnmantel berfungsi sebagai pengaman pemanjat apabila terjatuh.
Webbing.
Carabiner
Piton
Runners
Prusik/sling
Harness
Hammer
Tangga
Chock stopper
Chock hexentric
Friend
Tri Cam
Bolt
Jummar
Helm
Sky Hook/Fifi Hook
Chalk bag

Survival


Survival




survival berasal dari kata survive yang berarti selamat dari suatu perjuangan antara hidup dan mati .survival adalah tindakan yang paling awal untuk mempertahankan hidup dari segala keadaan dan lingkungan yang mengancam dirinya.Makhluk yang melakukan survival di sebut survivor.

faktor-faktor Penyebab terjadinya situasi survival adalah :
kehabisan atau tidak lengkapnya perlengakapan dan perbekalan yang di bawa dari suatu perjalanan.
Tersesat di daerah yang masih rawan dalam suatu perjalanan .
Lingkungan yang belum di kenal .
Kecelakaan dalam suatu perjalanan dengan kapal laut atau peswat
Hal yang belum pasti

ASPEK PSIKOLOGIS DALAM SUATU SURVIVAL

Penyelesaian suatu survival membutuhkan tingkat ketahanan emosi dan kepercayaan tinggi ,sehingga dapat menyelesaikan problem mempertahankan hidup.

Menyadari akan kepentingan hidup sehingga dapat mempertahankan hidup,maka perlu mengatasi problem di survival.

PENYELESAIAN SITUASI SURVIVAL

Penyelesaian situasi survival membutuhkan tingkat kekuatan dan semangat hidup yang tinggi ,kepercyaan terhadap alam sangat memperbesar terhadap kekuatan spirit untuk tetap hidup dimana setiapa orang mempunyai kewajiban moral dan etika untuk mengatasinya .kekuatan untuk mengatasi keraguan dan rasa takut harus datang dari diri sendiri.

Kepercayaan pada kemampuan diri sendiri akan mempebesar kemauan hidup .Kepercyaan pada alah swt merupakan sumber kekuatan pribadi dalam mengatasi tekanan yang timbul pada saat kita melakukan survival.

MASALAH MASALAH YANG DI HADAPI

Permaslahan yang timul dalam keadaan survival dapat di bagi menjadi dua : yaitu

1.Faktor Ekstern

Faktor keadaan alam dan mahluk hidup lainya salah satu faktor keadaan alam yang bisa menyebabakan kematian adalah suhu yang dingin sering kali kita mendengar orang meniggal dalam suatu pendakian disebabkan oleh dingin .Hal ini terjadi karena suhu /Temperatur di alam lebih rendah dari suhu badan orang tersebut .

Seseorang ynag berada dalam cuaca dingin (08C-108C)harus bisa mempertahankan panas tubuh pada suhu yang standar (368C-378C)Keadaan ini dapat di jumpai pada ketinggian 3000 Mdpl ke atas

Panas tubuh yang dapat keluar melalui
Pernapasan

Panas keluar bersamaan dengan napas
Penguapan

JIka tubuh terlalu banyak bergerak maka akan terjadi pembakaran yang besar di dalam tubuh agar tersedia energi yang cukup untuk aktifitas tubuh
Konduksi

Bila tubuh bersentuhan langsung dengan benda yang suhunya lebih rendah maka panas tubuh akan terserap secara langsung oleh benda yang tersentuh
Konveksi

Perpindahan panas tubuh melalui udara di sekeliling tubuh kita,dimana udara tersebut dipanasi tubuh tubuh kita .
Radiasi

Pengeluaran panas dari pancaran secara langsung dari tubuh kita

Hal lain yang dapat mengakibatkan kematian adalah panas ,tetapi bukan secara langsung melinkan di sebabkan olaeh Dehydrasi,yaitu berkurangnya cairan dalam tubuh yang disebabkan oleh udara di sekitar kita kering akibat dari temperatur udara yang tinggi .Dehydrasi menyerng bagian bagian tubuh yang vital seperti otak ,organ bagian dalam tubuh,dll.Panas dan temperatur udara yang tinggi dapat mengakibatkan pengaruh langsung pada tubuh manusia , seperti
Suburn

Terjadi pada tempat yang tinggi .Lapisan udaranya tipis ,Tempat yang tidak terlindung .dalam keadaan seperti ini kita akan mengakibatkan terbakarnya sel tubuh terutama sel kulit tubuh
Sublind

Dikarenakan pantulan sinar matahari yang sangat kuat ,seperti pantulan pada es ,padang pasir, padang garam ,dan air laut Halini dapat mengakibbatkan kebutaan sementara bahkan permanen
Heat cramp

Kejang kejang karena berkurangnya kadar garam dalam tubuh akibat penguapan yang terlalu lama
Heat Exhaustion

Pingsan yang di akibatkan oleh temperatur udara di sekitar yang sangat tinggi dan lembab
Cum bustid

Terlalu lama dan terlalu banyak terkena sinar matahari sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan kulit

Selain dingin dan panas terdapat problem lain yaitu yang berhubungan dengan gas udara di sekitar kita makin tinggi tempat kita berada maka kadar okuigen nya berkurang .Pada ketinggian lebih dari 4000Mkadar oksigennya berkurang sampai setengahnya.Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada tubuh yang di sebut hypoxia .Tanda tandanya adalah mata berkunang kunang .Mual mual kepala terasa berat dll.Cara penanggulangan hypoxia adalah dengan naik secara perlahan lahan agar ada penyesuaian tubuh dengan kondisi alam sekitarnya .Bila gejala hypoxia sudah terasa ,cepat cepat turun ke bawah.

Masalah mahluk hidup lainnya

Bila kita menghadapi situasi survival ,maka kita akan bertemu dengan segala macam mahluk hidup,termasuk manusia Hal ini perlu di ketahui agar tidak terjadi hal hal yang tidak di inginkan baik oleh kita atau oleh mahluk hidup lainnya.

2.FAKTOR INTERN /DARI DIRI SENDIRI
Faktor Mental


Bila kita tidak mempersiapkan mental dengan baik ,ini dapat merugikan anda dalam mengambil keputusan dan menentukan tindakan
Faktor Fisik

Fisik dapat menjadi faktor penghambat apabila tidak di persiapkan dengan latihan yang cukup ,kita akan mengalami kesulitan yang yang mengganggu diri sendiri .
Faktor Keterampilan dan Pengetahuan

Dengan menyadari akan kepentingan untuk hidup ,maka kita perlu memilik keterampailan dan pengetahuan .sehingga setiap masalah yang timbul pada saat survival dapat di hadapi dengan tenang disertai sikap yang positif agar dapat mempertahankanhidup.point point agar dapat mempertahankan hidup adalah :
Adanya kemauan untuk hidup yang besar
KOndisi fisik atau tubuh dan alat alat yang membantu dalam survival
Pengetahuan dan pengalaman

Untuk di ingat ,ini semua perlu di perhatikan :

S :Size up the situation (Pandai membaca situasi )

U :Under baste make weate (jangan tergesa gesa )

R :Remember where you are (ingat diman kita berada)

V :Vlungish fear and panics (Kuasai rasa takut dan panik)

I :Improvice(Perbaiki keadaan)

V :Value Living (Harga hidup)

A :Act like avtive (berbuatlah sesuai keadaan lingkungan)

L :Learn basic skill(Pelajari keterampilan dasar)

Jadi keinginan untuk hidup adalah faktor terpenting untuk dapat keluar dari situasi survival.

TINDAKAN YANG HARUS DILAKUKAN DALAM SITUASI SURVIVAL

Tindakan yang diuraikan disini adalah untuk menghadaoi faktor penghambat dari dirinya sendiri .Adapun tindakan itu adalah
Tenang, bersikaplah tenang dan jangan panik sesudah itu berfikirlah akan apa yang harus di lakukan dengan mengingat pengetahuan dan keterampilan yang anda miliki.
Perlindungan untuk menjaga diri dalam mengahadapi cuaca buruk atau dingin maka perlu di dahulukan antara makan ,minum atau tempat berlindung.

Search and Rescue(SAR)


Search and Rescue(SAR)




SAR, akronim dari Search and Rescue, adalah kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah-musibah seperti pelayaran, penerbangan, dan bencana. Istilah SAR telah digunakan secara internasional tak heran jika sudah sangat mendunia sehingga menjadi tidak asing bagi orang di belahan dunia manapun tidak terkecuali di Indonesia. Operasi SAR dilaksanakan tidak hanya pada daerah dengan medan berat seperti di laut, hutan, gurun pasir, tapi juga dilaksanakan di daerah perkotaan. Operasi SAR seharusnya dilakuan oleh personal yang memiliki ketrampilan dan teknik untuk tidak membahayakan tim penolongnya sendiri maupun korbannya. Operasi SAR dilaksanakan terhadap musibah penerbangan seperti pesawat jatuh, mendarat darurat dan lain-lain, sementara pada musibah pelayaran bila terjadi kapal tenggelam, terbakar, tabrakan, kandas dan lain-lain. Demikian juga terhadal adanya musibah lainnya seperti kebakaran, gedung runtuh, kecelakaan kereta api dan lain-lain. Terhadap musibah bencana alam, operasi SAR merupakan salah satu rangkaian dari siklus penanganan kedaruratan penanggulan bencana alam. Siklus tersebut terdiri dari pencegahan (mitigasi) , kesiagaan (preparedness), tanggap darurat (response) dan pemulihan (recovery), dimana operasi SAR merupakan bagian dari tindakan dalam tanggap darurat. Di bidang pelayaran dan penerbangan, segala aspek yang melingkupinya termasuk masalah keselamatan dan keadaan bahaya, telah diatur oleh badan internasional IMO dan ICAO melalui konvensi internasional. Sebagai pedoman pelaksanaan operasi SAR, diterbitkan IAMSAR Manual yang merupakan pedoman bagi negara anggotanya dalam pelaksaan operasi SAR untuk pelayaran dan penerbangan. Untuk menyeragamkan tindakan agar dicapai suatu hasil yang maksimal maka digunakan suatu Sistem SAR (SAR Sistem) yang perlu dipahami bagi semua pihak terlibat. Dalam pelaksanaan operasi SAR melibatkan banyak pihak baik dari militer, kepolisian, aparat pemerintah, organisasi masyrakat dan lain-lainnya. Demikian juga sesuai dengan ketentuan IMO dan ICAO setiap negara wajib melaksanakan operasi SAR. Instansi yang bertanggung jawab di bidang SAR berbeda-beda untuk setiap negara sesuai dengan ketentuan berlaku di masing-masing negara, di Indonesia tugas tersebut diemban oleh Badan SAR Nasional (BASARNAS).



Badan SAR Nasional

Basarnas mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian, dan pengendalian potensi SAR dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam pelayaran dan/atau penerbangan, serta memberikan bantuan dalam bencana dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR nasional dan internasional. Secara jelas tugas dan fungsi SAR adalah penanganan musibah pelayaran dan/atau penerbangan, dan/atau bencana dan/atau musibah lainnya dalam upaya pencarian dan pertolongan saat terjadinya musibah. Penanganan terhadap musibah yang dimaksud meliputi 2 hal pokok yaitu pencarian (search) dan pertolongan (rescue). Dalam melaksanakan tugas penanganan musibah pelayaran dan penerbangan harus sejalan dengan IMO dan ICAO.

Sejarah

Sejarah Basarnas dimulai dengan terbitnya Keputusan Presiden No 11 Tahun 1972 tanggal 28 Februari 1972 tentang Badan SAR Indonesia (BASARI), dengan tugas pokok menangani musibah kecelakaan dan pelayaran. BASARI berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Presiden dan sebagai pelaksanan di lapangan diserahkan kepada PUSARNAS (Pusat SAR Nasional) yang diketuai oleh seorang pejabat dari Departemen Perhubungan.

Pada tahun 1980 berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan nomor KM.91/OT.002/Phb-80 dan KM 164/OT.002/Phb-80, tentang Organisasi dan tata kerja Departemen Perhubungan, PUSARNAS menjadi Badan SAR Nasional (BASARNAS). Perubahan struktur organisasi BASARNAS mengalami perbaikan pada tahun 1998 berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM. 80 tahun 1998, tentang Organisasi dan Tata Kerja BASARNAS dan KM. Nomor 81 tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR. Pada tahun 2001, struktur organisasi BASARNAS diadakan perubahan sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan KM. Nomor 24 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan dan Keputusan Menteri Perhubungan No. 79 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Search and Rescue (SAR).

Dengan meningkatnya tuntutan masyarakat mengenai pelayanan jasa SAR dan adanya perubahan situasi dan kondisi Indonesia serta untuk terus mengikuti perkembangan IPTEK, maka organisasi SAR di Indonesia terus mengalami penyesuaian dari waktu ke waktu. Organisasi SAR di Indonesia saat ini diatur dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 43 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan dan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 79 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR. Dalam rangka terus meningkatkan pelayanan SAR kepada masyarakat, maka pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan yang mengatur bahwa Pelaksanaan SAR (yang meliputi usaha dan kegiatan mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran, dan/atau penerbangan, atau bencana atau musibah lainnya) dikoordinasikan oleh Basarnas yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Menindak lanjuti Peraturan Pemerintah tsb, Basarnas saat ini sedang berusaha mengembangkan organisasinya sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagai upaya menyelenggarakan pelaksanaan SAR yang efektif, efisien, cepat, handal, dan aman.

Terakhir, berdasarkan Peraturan Presiden No. 99 Tahun 2007, BASARNAS ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Struktur Organisasi

Basarnas mempunyai UPT sebanyak 24 UPT yang disebut dengan Kantor SAR. Kantor SAR mempunyai wilayah tanggung jawab untuk melaksanakan pembinaan, koordinasi dan pelaksanaan operasi SAR di wilayahnya. Sampai dengan Desember 2007, Basarnas merupakan instansi tingkat eselon I di Departemen Perhubungan.

Kepala

* Marsma Dono Indarto (1972-1985)
* Marsda Hasari Hasanudin (1985-1992)
* Laksma Harinto (1992-1998)
* Laksda Setio Rahardjo, SIP (1998-2003)
* Laksda Yayun Riyanto (2003-2006)
* Laksma Bambang Karnoyudho (2006-sekarang)
logo BASARNAS

Perencanaan Persiapan perjalanan


Perencanaan Persiapan perjalanan



Petualangan alam bebas adalah kegiatan yang termasuk dalam kegiatan berisiko tinggi (high risk activity),sehingga untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan maka sebuah kegiatan alam bebas harus dipersiapkan secara matang oleh para pelakunya.

Oleh karena itu perlu sebuah manajemen perjalanan yang tertata agar kegiatan tersebut bisa terlaksana dengan lancar.

Secara garis besar sebuah kegiatan terbagi menjadi 3 fase:

1) Pra kegiatan

2) pelaksanaan kegiatan

3) pasca kegiatan

1. PRA KEGIATAN

a. perencanaan perjalanan

- maksud tujuan dan target perjalanan

Ini adalah awal dari rangkaian kegiatan,yaitu menentukan maksud perjalanan dan tujuan lokasinya kemana serta target yang akan dicapai itu seperti apa.contoh: kita akan mengadakan ekspedisi penelitian budaya ke pedalaman suku baduy,target yang akan kita capai antara lain: pendataan social ekonomi ,penelitian kepercayaan suku baduy,dll.

- perencanaan waktu dan tempat

- pengumpulan data lokasi kegiatan

seperti letak geografis dan administratif , kondisi wilayah(medan, masyarakat dan lingkungannya), budaya masyarakat local,akses ke lokasi,dan info-info menarik tentang daerah tersebut.

- perencanaan pendanaan

- perencanaan kegiatan perjalanan

- perencanaan logistik pelengkapan dan perbekalan

b. persiapan perjalanan

- pembentukan tim

langkah awal yang dilakukan setelah perencanaan kegiatan adalah pembentukan tim sesuai dengan kebutuhan kegiatan tersebut: (meliputi, ketua pelaksana,sekretaris, bendahara, pendanaan,perlengkapan,perizinan dan transportasi,dokumentasi serta operasional lapangan yg mengurusi masalah teknis selama kegiatan)

- perijinan dan administrasi

- pendanaan

- pembuatan agenda kegiatan

- pendalaman materi

pendalaman materi disesuaikan dengan maksud dan tujuan kegiatan.misalnya apabila akan melaksanakan perjalanan mendaki gunung es,maka materi yang diberikan adalah yg berkaitan dengan pendakian gunung es (seperti teknik pemanjatan gunung es, mountain sickness, dll)

- persiapan fisik

fisik sangat menentukan kelancaran kegiaatan alam bebas,oleh sebab itu perlu adanya latihan fisik guna mempersiapkan kondisi fisik sebelum kegiatan.latihan atau training adalah suatu proses yang berlangsung secara sistematis,dilakukan secara berulang ulang dengan kian bertambah jumlah beban latihannya (overload training) dengan bentuk latihan yang spesifik.

- persiapan perlengkapan

yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan perlengkapan perjalanan antara lain: sesuai dengan medan lokasi kegiatan,sesedikit mungkin dengan kegunaan sebanyak mungkin. Adapun spesifikasi perlengkapan seperti:

- perlengkapan pribadi

- perlengkapan kelompok

seperti: perlengkapan operasi,navigasi,camping,perlengkapan komunikasi,dokumentasi. Perlengkapan kesehatan ,dll

- persiapan perbekalan makanan

yang perlu diperhatikan dalam perencanaan perbekalan:

- sesuaikan perbekalan dengan lamanya perjalanan,aktivitas yang akan dilakukan,serta kondisi medan

- cukup mengandung kalori,mempunyai komposisi gizi yg memadai,serta tidak asing bagi lidah dan penciuman (rasa dan selera)

- sebaiknya siap saji,irit air dan bahan bakar

Setelah perencanaan perbekalan dengan informasi lengkap,perkiraan kondisi medan dan aktivitas yang akan dilakukan maka lakukan hal-hal berikut:

- perhitungkan kalori yang diperlukan

- susun daftar makanan yang memenuhi rencana diatas,kemudian kelompokkan menurut komposisi dominant:karbohidrat,protein,lemak,kemudian hitung masing masing kalori totalnya (setelah siap dimakan

- apabila ada kekurangan,tambahkan dengan suplemen berupa tablet vitamin dan mineral

- survey kelayakan lokasi kegiatan

setelah data tentang lokasi kegiatan telah terkumpul,perlu diadakan survey uji kelayakan lokasi kegiatan agar segala kemungkinan kendala bisa diantisipasi sebelumnya

- try out

Untuk menilai persiapan tim baik materi ,fisik dan kemampuan lainnya maka tim yg akan melakukan kegiatan perlu mengikuti try out.Hasil try out ini menjadi acuan kelayakan tim untuk melanjutkan kegiatan selanjutnya

c. publikasi kegiatan

Manfaat publikasi kegiatan antara lain:

- menunjang pencarian dana dalam kegiatan

sumber dana sebuah kegiatan biasanya berasal dari dana organisasi dan sponsor.Sebuah perusahaan atau instansi bersedia mengeluarkan dana sponsor apabila kita memiliki ruang publikasi yang menguntungkan untuk mereka

- sebagai citra Organisasi

Publikasi kegiatan yang baik akan berimbas pada meningkatnya citra organisasi yang melakukan kegiatan tersebut

- sebagai informasi bagi masyarakat

- untuk dokumentasi

2. PELAKSANAAN KEGIATAN

- pembagian tugas dan kerjasama tim

pembagian tugas disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan lapangan,ketua pelaksana beserta panitia sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan dan mempersiapkan semua kebutuhan pra kegiatan,sedangkan operasional lapangan mengkoordinir tim lapangan(atlit).dari persiapan pra kegiatan sampai pada saat kegiatan,adapun pembagian tugas tim lapangan sesuai kebutuhannya seperti: ketua tim(leader),notulen,navigator,logistik,kesehatan,komunikasi,dokumentasi,pendataan.

- manajemen perlengkapan dan perbekalan

perlengkapan dan perbekalan adalah bagian paling penting dalam kegiatan.oleh sebab itu perlu pengaturan dalam penngunaannya.hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan perlengkapan dan perbekalan antara lain:

- data semua perlengkapan dan perbekalan

- rencanakan penggunaan peralatan per harinya

- jaga dan rawat peralatan tersebut

- sesedikit mungkin dengan manfaat sebanyak mungkin

- sistem komando, komunikasi dan rescue

untuk kelancaran kegiatan lapangan maka perlu system komando dan komunikasi yang bagus .sehingga segala sesuatu seperti informasi mendadak,pengiriman berita dan data kecelakaan dapat direspon dan ditanggulangi dengan cepat.

- dokumentasi kegiatan

Mendokunentasikan sebuah kegiatan dalam bentuk poto,video,catatan/tulisan sangat diperlukan.Selain sebagai bahan untuk laporan kegiatan,dokumentasi juga menjadi bahan dari publikasi kegiatan tersebut

3. PASCA KEGIATAN

- laporan kegiatan

laporan kegiatan adalah bentuk hasil kegiatan.sehingga dengan laporan kegiatan bisa menjadi acuan dan tolak ukur untuk kegiatan selanjutnya

- evaluasi kegiatan

evaluasi kegiatan bermaksud agar segala kekurangan –kekurangan selama kegiatan bisa menjadi pelajaran untuk kegiatan selanjutnya

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN



PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

Seputar P3K

kecelakaan bukanlah suatu kejadian yang di rencanakan ataupun di sengaja.timbulnya secara mendadak yang apabila tidak di tangani akan menimbulkan korban jiwa ,apa yang harus kita perbuat ketika kita harus menemui suatu kecelakaan ?paling tidak kita dapat menanggulangi atau memberikan pertolongan pada saat saat kritis dari korban yang mengalami kecelakan tersebut .bukan tidak mungkin dengan pertolongan yang kita lakukan satu nyawa akan terselamatkan atau bertambah ringan keadaan korban yang dapat menyebabkan cacat seumur hidup dapat di cegah .Tujuan dari pertolongan ini bukanlah memberi pengobatan melainkan melakukan tindakan melindungi korban dari gangguan fungsi yang sangat penting untukkehidupanya.yang perlu di waspadai dari pertolongan kita adalah bahwa setiap pertolongan dari kita tidaklah selalu membuat keadaan si penderita menjadi lebih baik bahkan mumngkin pertolongan yang kita lakukan dapat lebih memperburuk keadaan korban .maka yang harus kita perhatikan dalam hal ini adalah apa yang tidak boleh di lakukan oleh korban.barulah selanjutnya kita berpikir bagaimanadapat menolong korban .

II.Resusitasi jantung paru-paru sebagai bantuan hidup dasar.

Resusitasi mempunyai arti usaha penghentian dari proses mendadak yang menuju kematian .Serta usaha mengembalikan ke keadaan normal.Resusitasi jantung paru -paru merupakan kesatuan yang tidak dapat di pisahkan .Berhentinya paru segera di ikuti dengan berhentinya denyut jantung begitu jga sebaliknya .Resusitasi dilakukan untuk mencegah mati suri (mati klinis)agar tidak berubah menjadi mati sebenarnya.

apabila nafas berhenti ,jantung masih tetap berdenyut mengalirkan darah untuk beberapa menit kemudian di susul dengan berhentinya jantung.Korabn yang mengalami henti jantung umumnya nafasnya berhenti .pada dua keadaan di atas resusitasi jantung paru sebagai bantuan hidup dasar .harus segera di lakukan .pertolongan ini disebut dengan prinsip A-B-C

A=AIRWAY(Memberikan jalan nafas)
pastikan kesadaran korban
Periksa keadaan jalan nafas
Bebaskan jalan nafas dengan cara
Membersihkan jalan nafas dengan mengorek atau menghisap
Membersihkan jalan nafas dari pangkal lidah dan posisi tunduk dengan mendorong rahan bawah ke depan dengan menarik lidah

B=BREATH(Memberikan nafas buatan
tentukan ada atau tidaknya nafas
Berikan nafas buatan dari mulut ke mulut atau mulut ke hidung

C=CIRUCULATE(Pijat jantung dari luar)
tentukan tanda tanda henti jantung
lakukan pijat jantung dari luar

III.Prinsip-Prinsip dan langkah P3K
Pertolongan yang dilakukan tidak boeh memperberat cedera yang di derita korban
Pertolongan yang di lakukan harus bersifat sistematis cepat dan akurat
pertolongan yang di lakukan dalam satu koordinasi
pertolongan yang dilakukan harus sesuai klasfikasi berat ,ringanya cedera korban
Pertolongan yang di lakukan tidak boleh memanipulasi korban
Bila di temukan pendarahan pada korban maka diupayakan bebat tekan dan di rujuk sekurang kurang nya dari 6 jam telah tiba dari rumah sakit dan di puasakan

IV.Langkah yang dilakukan mengahadapi korban yang cidera
Amankan daerah sekitar korban untuk memberikan ruang gerak pada penolong
Perhatikan posisi korban,dan alam satu koordinasi
Perhatikan dan berikan pertolongan terdahulu kepada korban yang masih hdup
perhatikan dan periksa nafas dan denyut nadi bila tidak ada segera lakukan prinsip A-B-C
Periksa kesadaran korban dengan memberikan rangsangan
Periksa pendarahan yang ada bila cukup banyak segera lakukan bebat tekan
setelah korban tertolong maka periksa lebih teliti apa yang sebenarnya terjadi
setelah luka dapat teridentifikasi pindahkan ke tempat yang lebih baik untuk segera diabawa ke rumah sakit.

Navigasi Darat


Navigasi Darat



Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih mudah. Pengetahuan bernavigasi darat ini juga berguna bila suatu saat tenaga kita diperlukan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan atau tersesat di gunung dan hutan, dan juga untuk keperluan olahraga antara lain lomba orienteering. Navigasi darat adalah suatu cara seseorang untuk menentukan posisi dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau di peta, dan oleh sebab itulah pengetahuan tentang kompas dan peta serta teknik penggunaannya haruslah dimiliki dan dipahami.
Peta
Secara umum, peta adalah penggambaran dua dimensi(pada bidang datar) keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu. Peta sendiri, kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan danpenggunaannya.Untuk keperluan navigasi darat umumnya digunakan peta topografi.
Peta Topografi
Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Walaupun peta topografi memetakan tiap interval ketinggian tertentu, namun disertakan pula berbagai keterangan pula yang akan membantu untuk mengetahui secara ljauh mengenai daerah permukaan bumi yang terpetakan tersebketerangan-keterangan itu disebut legenda peta.
ebi
ut,
h
Legenda peta antara lain berisi tentang :
a. Judul Peta
Judul peta ada dibagian tengah atas. judul peta menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta yang bersangkutan, sehingga lokasi yang berbeda akan mempunyai judul yang berbeda pula
b. Nomor Peta
Nomor peta biasanya dicantumkan diselah kanan atas peta. Selain sebagai nomor regisrtasi dari badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk jika kita memerlukan peta daerah lain disekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di bagian bawah disertakan pula lembar derajat yang mencantumkan nomor-nomor peta yang ada disekeliling peta tersebut.
c. Koordinat Peta
Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua, yaitu :

1. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus terhadap katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan katulistiwa. Koodinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik.
2. Koordinat Grid
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol terdapat disebelah barat Jakarta (60 derajat LU, 68 derajat BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan garis horizontal diberi nomor urut dari barat ke timur.
Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 6 angka, 8 angka dan 10 angka. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 6 angka, untuk daerah yang lebih sempit digunakan penomoran 8 angka dan 10 angka (biasanya 10 angka dihasilkan oleh GPS).
d. Kontur
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan laut, sifat-sifat garis kontur adalah :
1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.
5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.
6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan gunung.
7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” terbalik menandakan suatu lembah/jurang.
e. Skala Peta
Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal di lapangan. Ada dua macam cara penulisan skala, yaitu :
1. Skala angka, contoh : 1:25.000 berarti 1 cm jarak dipeta = 25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan sebenarnya.
2. Skala garis, contoh: berarti tiap bagian sepanjang blok garis mewakili 1 km jarak horizontal.





f. Legenda Peta
Legenda peta biasanya disertakan pada bagian bawah peta. Legenda ini memuat simbol-simbol yang dipakai pada peta tersebut, yang penting diketahui : triangulasi, jalan setapak, jalan raya, sungai, pemukiman, ladang, sawah, hutan dan lainnya. Di Indonesia, peta yang umumnya digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, kemudian peta dari Jawatan Topologi, atau yang sering disebut peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5m).
Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
g. Tahun Peta
Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut, semakin baru tahun pembuatannya, maka data yang disajikan semakin akurat.
h. Arah Peta
Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara Peta. Cara paling mudah adalah dengan memperhatikan arah huruf-huruf tulisan yang ada pada peta. Arah atas tulisan adalah Arah Utara Peta.Padabagian bawah peta biasanya juga terdapat petunjuk arah utara yaitu :
1. Utara sebenarnya/True North : yaitu utara yang mengarah pada kutub utara bumi.
2. Utara Magnetis/Magnetic North : yaitu utara yang ditunjuk oleh jarum magnetis kompas, dan letaknya tidak tepat di kutub utara bumi.
3. Utara Peta/Map North : yaitu arah utara yang terdapat pada peta.
Kutub utara magnetis bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub utara bumi. Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk keperluan yang menuntut ketelitian perlu dipertimbambangkan adanya iktilaf(deklinasi) peta, iktilaf magnetis, iktilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.
1. Deklinasi Peta:adalah beda sudut antara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi karena perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang digambarkan pada peta.
2. Deklinasi Magnetis: Selisih beda sudut utara sebenarnya dengan utara magnetis
3. Deklinasi Peta magnetis:Selisih besarnya sudut utara peta dengan utara magnetis bumi.

4. variasi Magnetis:perubahan/pergeseran letak kutub magnetis bumi pertahun.
Mengetahui

Mengetahui Ketinggian Suatu Tempat
Kadangkala kita dihadapkan pada kondisi dimana kita harus dapat menentukan ketinggian suatu tempat,akan tetapi kita tidak mempunyai alat untuk menentukan ketinggian(altimeter), hal itu dapat diatasi dengan cara :
-Lihat terlebih dahulu interval peta, lalu hitung ketinggian tempat yang ingin kita ketahui, memang ada rumusan umum interval kontur= 1/2000 skala peta. tetapim rumus ini tidak selalu benar, beberapa peta topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala 1:50.000 (interval kontur 25 m), tetapi kemudian diperbesar menjadi berskala 1:25.000 dengan interval kontur tetap 25 meter.
Pada suatu kondisi tertentu yang mendesak, misalnya SAR gunung hutan, sering kali peta diperbanyak dengan cara di foto kopi. Untuk itu, interval kontur peta tersebut harus tetap ditulis. Peta keluaran Bakosurtanal (1:50.000) membuat kontur tebal untuk setiap kelipatan 250 meter, atau setiap selang 10 kontur. Seri peta keluaran AMS (skala 1:50.000) membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 100 meter. peta keluaran Direktorat Geologi Bandung tidak seragam ketentuan ketebalan garis konturnya. Dengan demikian tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk penentuan garis kontur tebal.
Bila ketinggian kontur tidak dicantumkan, maka kita harus menghitung ketinggian suatu tempat dengan cara :
1. Cari 2 titik berdekatan yang harganya tercantum
2. Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut. Hitung berapa kontur yang terdapat antara keduanya (jangan menghitung kontur yang sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah).
3. Dengan mengetahui selisih ketinggian kedua titik tersebut dan mengetahui juga jumlah kontur yang didapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan bilangan bulat).
4. Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian (bila kontur terdekat itu berada diatas titik, maka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian. bila kontur terletak dibagian bawah, harganya lebih kecil). Hitung harga kontuir terdekat itu yang harus merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah diketahui dari no 3. lakukan perhitungan diatas beberapa kali sampai yakin harga yang didapat untuk setiap kontur benar. Cantumkan harga beberapa kontur pada peta anda agar mudah mengingatnya.
Titik Triangulasi
Selain dari garis kontur, Kita dapat dapat mengetahui tinggi suatu tempat dengan bantuan titk ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya titik Triangulasi, yaitu suatu titikatau benda berupa pilar/tonggak yang menyatakn tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi digunakan oleh jawatan-jawatan topografi untuk menentukan suatu ketinggian tempat dalam pengukuran ilmu pasti pada waktu pembuatan peta. Macam titik triangulasi :
– Primer : P.14/3120 Kuarter : Q.20/1350
– Sekunder : S.75/1750 Tersier : T.16/975
Mengenal Tanda Medan
Di samping tanda medan yang terdapat pada legenda. Peta topografi biasa menggunakan bentuk-bentuk atau bentang alam yang menyolok dilapangan dan mudah dikenali di peta, yang kita sebut tanda medan. Beberapa

tanda medan dapat anda “baca” dari peta sebelum anda berangkat ke lokasi, tetapi kemudian harus ada cari dilokasi, tanda-tanda medan itu antara lain :
– puncak gunung atau bukit, punggungan gunung, lembah antara dua puncak, dan bentuk-bentuk tonjolan lain yang menyolok.
– lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan sungai, tebing-tebing di tepi sungai.
– belokan jalan, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung desa, simpang jalan.
– bila berada di pantai, muara sungai akan menjadi tanda medan yang sangat jelas , begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil, delta dan sebagainya
– di daerah daratan atau rawa-rawa biasanya sukar mendapatkan tonjolan permukaan bumi atau bukit-bukit yang dapat dipakai sebagai tanda medan. Permukaan kelokan-kelokan sungai, cabang-cabang sungai, muara sungai kecil.
– dalam penyusuran di sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing, delta dan sebagainya dapat dijadikan sebagai tanda medan.
Pengertian tanda medan ini mutlak untuk dikuasai. Akan selalu digunakan pada uraian selanjutnya tentang teknik peta kompas.
Kompas
1. Guna Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah yang digunakan untuk mengetahui arah utara magnetis. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan menunjuk arah utara-selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet bumi). Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan arah utara sebenarnya.
Secara fisik, kompas terdiri atas : a) Badan, yaitu tempat komponen-komponen kompas lainnya berada; b) Jarum, selalu mengarah ke utara-selatan bagaimanapun posisinya; c) Skala penunjuk, menunjukkan derajat sistem mata angin.
2. Jenis-Jenis Kompas, dalam suatu perjalanan banyak macam kompas yang dapat dipakai, pada umumnya dipakai dua jenis kompas, yaitu kompas bidik (misalnya kompas prisma) dan kompas orienteering (misalnya kompas silva). Kompas bidik mudah untuk membidik, tetapi dalam pembacaan di peta perlu dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris. Kompas silva kurang akurat jika dipakai untuk membidik, tetapi banyak membantu dalam pembacaan dan perhitungan di peta. Kompas yang baik pada ujungnya dilapisi fosfor agar dapat terlihat dalam keadaan gelap.
3. Pemakaian Kompas,kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi. Dalam memakai kompas, perlu dijauhkan dari pengaruh benda-benda yang mengandung logam, seperti pisau, golok, karabiner, jam tangan dan lainnya. Kehadiran benda-benda tersebut akan mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang.
Altimeter
altimeter merupakan alat pengukur ketinggian yang bisa membantu dalam menentukan posisi. Pada medan yang bergunung tinggi, resection dengan menggunakan kompas sering tidak banyak membantu, disini altimeter lebih bermanfaat. Dengan menyusuri
punggungan-punggungan yang mudah dikenali di peta, altimeter akan lebih berperan dalam perjalanan, yang harus diperhatikan dalam pemakaian altimeter :
– setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi. Periksa ketelitian altimeter di titik-titik ketinggian yang pasti.
– Altimeter sangat peka terhadap guncangan, perubahan cuaca, dan perubahan temperatur.

TUTORIAL NAVIGASI 2

Teknik Peta Kompas
1. Orientasi peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis menyamakan utara peta dengan utara magnetis). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bikit, sungai, atau tanda-tanda medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta, untuk keperluan praktis, utara magnetis dianggap sejajar dengan utara sebenarnya, tanpa memperlitungkan adanya deklinasi. Langkah-langkah orientasi peta :
a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok; b) Letakkan peta pada bidang datar; c) Letakkan kompas diatas peta dan sejajarkan antara arah utara peta dengan utara magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi. d) Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan. e) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan yang khas dari setiap tanda medan.
2. Azimuth dan Back Azimuth
Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju,azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam. Ada tiga macam azimuth yaitu : a) Azimuth Sebenarnya,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran; b) Azimuth Magnetis,yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran; c) Azimuth Peta,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.
back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara menghitungnya : bila sudut azimuth lebih dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth = 180 derajat maka back azimuthnya adalah 0 derajat atau 360 derajat.
3. Resection
Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik. Langkah-langkah resection :
a) Lakukan orientasi peta; b) Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta, minimal dua buah; c) Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu; d)Bidik dengan kompas tanda-tanda medan itu dari posisi kita,sudut bidikan dari kompas itu disebut azimuth; e) pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, dan hitung sudut pelurusnya; f) perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita di peta
4. Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di pet dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta. Langkah-langkah melakukan intersection : a) lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita; b)bidik obyek yang kita amati; c) pindahkan sudut yang kita dapat dipeta; d) bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan langkah b dan c; e) perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.
5. Koreksi sudut
Pada pembahasan utara telah dijelaskan bahwa utara sebenarnya dan utara kompas berlainan. Hal ini sebetulnya tidaklah begitu menjadi masalah penting jika selisih sudutnya sangat kecil, akan tetapi pada beberapa tempat, selisih sudut/deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan perhitungan koreksi sudut yang didapat dari kompas(azimuth)yaitu :
A. Dari kompas (K) dipindahkan ke peta (P): P= K +/- (DM +/- VM)
B. Dari peta( P) dipindahkan ke kompas (K): K= P +/- (DM +/- VM)
Keterangan:
Tanda +/- diluar kurung untuk DM (deklinasi magnetis/iktilaf magnetis)
= dari K ke P: DM ke timur tanda (+), DM ke barat tanda (-) = dari P ke K: DM ke timur tanda (-), DM ke barat tanda (+)
Tanda +/- di dalam kurung untuk VM (variasi magnetis)
=tanda (+) untuk increase/naik; tanda (-) untuk decrease/turun.
Contoh Perhitungan:
Diketahui sudut kompas/azimuth 120 derajat, pada legenda peta tahun 1942 tersebut: DM 1 derajat 30 menit ketimur, VM 2 menit increase, lalu berapa sudut yang akan kita pindahkan ke peta?
P= K=+/- (DM +/- VM) ingat! kompas ke peta, DM ke timur VM increase
besar VM sekarang (2002)= (2002-1942)x 2 menit
= 120 menit= 2 derajat (1 derajat=60 menit)
sudut P= 120 derajat + (1 menit 30 detik + 2 derajat)
= 123 derajat 30 menit, jadi sudut yang dibuat di peta adalah 123 1/2 derajat.
6. Analisa Perjalanan
Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang akan kita lalui, dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu dan tanda medan.
a. Jarak
Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah jarak yang sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalihkannya dengan skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.
b. Waktu
Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.
c. Medan Tidak Sesuai Peta
Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang banyak sungai-sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi.
Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti, lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang terdapat pada peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta 1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti.
NAVIGASI SUNGAI
1. Pendahuluan
Dalam perjalanan menyusuri sungai, baik berjalan kaki atau dengan perahu, kita dituntut untuk menguasai navigasi sungai seperti halnya navigasi darat dalam perjalanan gunung hutan. Secara praktis ilmu navigasi sungai telah lama dikenal oleh orang dayak di pedalaman kalimantan. Sebab sungai merupakan satu-satunya sarana angkutan bagi mereka. Dan dalam penentuan kedudukannya di sungai, mereka menggunakan tanda-tanda alam yang berupa riam, belokan sungai, penyempitan/pelebaran sungai, muara dan lainnya.
2. Pengertian Navigasi Sungai
Navigasi sungai adalah teknik untuk menentukan kedudukan secara tepat dalam perjalanan penyusuran sungai. Perbedaan yang mendasar antara navigasi sungai dan navigasi darat terletak pada acuan dasar untuk menentukan kedudukan. Pada navigasi darat, yang diambil sebagai acuan dasar adalah bentuk permukaan fisik bumi yang digambarkan oleh garis kontur, sedang pada navigasi sungai acuan dasarnya adalah bentuk dari tepi kiri dan kanan sungai, yaitu belokan-belokan sungai yang tergambar di peta.
3. Perlengkapan Navigasi sungai
a. Peta
Ada dua macam peta yang digunakan yaitu:
1. Peta situasi sungai, peta ini tidak mempunyai garis kontur, yang tergambar adalah sungai dan desa yang ada di sepanjang daerah aliran sungai. Skala peta yang dipakai sebaiknya 1:50.000 atau 1:25.000, yang cukup jelas menggambarkan kfisik sungai. Peta ini umumnya dibuat oleh perorangan yang pernah tinggal atau melakukan survey dan pemetaan disepanjang sungai tersebut.
ondis
i
2. Peta topografi, mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan peta situasi karena dapat membantu membaca kondisi alam di sekitar sungai seperti berupa rawa, tebing, bukit maupun pegunungan.
b. Kompas
Digunakan untuk menentukan sudut belokan-belokan sungai, kompas bidik dan kompas orienteering dengan keakuratan yang baik dapat digunakan untuk keperluan ini.
c. Alat Tulis
Berupa kertas tulis, busur derajat, penggaris dan alat tulis. Dipakai untuk menentukan posisi, setelah terlebih dahulu membidik sudut kompas dari sungai dan melakukan penaksiran jarak.
d. Altimeter
Altimeter bukan merupakan peralatan yang paling utama untuk menentukan posisi, tetapi lebih tepat untuk mengetahui gradien sungai, yaitu beda tinggi antara dua titik di sungai dalam jarak 1 km (contoh gradien sungai 9 m/km, yaitu beda tinggi 9 m antara dua titik yang berjarak 1 km). Karena perbedaan tinggi pada penurunan sungai relatif kecil untuk tiap km panjang sungai, maka sebaiknya digunakan altimeter yang cukup teliti, misalnya dengan kemampuan membaca perbedaan tinggi sampai 10 meter (sebagai gambaran, untuk sungai yang berarus deras dan banyak air terjunnya, perbedaan sungai rata-rata untuk tiap kilometer hanya sekitar 40 meter).
4. Menentukan Kedudukan Pada Peta
Dilakukan dengan cara bergerak menyusuri sungai sambil memperhatikan perubahan arah belokan sungai, dibantu dengan tanda-tanda alam tertentu yang terdapat disepanjang sungai. Ada dua cara yang dapat dipakai untuk menentukan kedudukan:
a. Dengan Bantuan Tanda-Tanda alam
Misalnya kita sedang melakukan penyusuran sungai dari titik A ke titik B, kemudian pada suatu tempat dijumpai sebuah muara anak sungai di sebelah kiri, untuk menentukan kedudukan pada saat ini adalah: Lakukan orientasi peta, kemudian amati sekitar medan dengan teliti, ukur sudut kompas (azimuth) dari lintasan sungai pada belokan di depan dan di belakang dengan menggunakan kompas, ingat tanda alam sebelumnya yang terdapat di belakang ( misalnya di belakang kita terdapat sebuah delta) dan lihat juga tanda alam di depan (misalnya belokan sungai ke arah kiri), kemudian gambar situasi sungai yang telah di dapat, kemudian cari padanannya pada peta (perlu diketahui bahwa delta yang terdapat pada sungai adalah delta yang cukup besar, tidak tertutup pada saat banjir, dan di tumbuhi pepohonan, jika tidak memenuhi persyaratan tersebut tidak akan digambarkan pada peta.) apabila
masih kurang jelas, maka perlu dilakukan penyusuran sampai pada tanda alam berikutnya yang dapat lebih memperjelas kedudukan kita.
b. Membuat Peta Sendiri
Teknik pelaksanaannya yaitu dengan penaksiran jarak dan pengukuran sudut kompas (azimuth). Sebelum melakukan cara ini, sebaiknya mata kita di latih dahulu untuk menaksir jarak, misalnya untuk jarak 50 meter atau 100 meter. Cara termudah adalah dengan berlatih di jalan raya dengan bantuan sepeda motor atau mobil yang penunjuk jaraknya masih berlaku dengan baik, dapat juga dengan bantuan tiang listrik (setiap 50 meter), patok kecil di sepanjang jalan raya (100 meter). Jika mata sudah terlatih, dapat dipraktekkan pada jalan dalam kota yang banyak belokannya. Untuk sungai di daerah hulu yang sempit dan banyak tikungannya, maka di pakai patokan jarak setiap 50 meter dengan sisa ukuran terkecil adalah 10 meter. Sedangkan untuk sungai di daerah tengah dan hilir yang relatifr lebih lebar dan lurus (kecuali pada daerah meander), atau jari-jari belokan besar (sudut belokannya relatif kecil untuk jarak 100 meter), maka dipakai patokan jarak setiap kelipatan 100 meter dengan sisa ukuran terkecil 25 meter.
Jadi kita membuat sungai menjadi sebuah batang yang terdiri dari banyak ruas panjang dan pendek, yang berbelok-belok sesuai dengan sudutnya. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pembuatan sungai adalah : sediakan peralatan yang diperlukan, buat tabel pada kertas yang terdiri dari dua kolom, kolom pertama untuk derajat (azimuth)dan kolom kedua untuk jarak (meter). Jika ingin lebih teliti dapat ditambahkan dua kolom lagi, yaitu untuk lebar sungai dan keterangan yang diperlukan (misalnya jika ada penyempitan, batu besar di tengah sungai, tebing terjal di kiri dan kanan sungai dan lainnya), bidik kompas pada awal pergerakan, dan taksir jaraknya dengan mata yang sudah terlatih, isikan hasil bidikan pada kolom 1 dan 2, jika menggunakan perahu sebaiknya dilakukan dari tengah sungai, hitung jaraknya sambil bergerak maju setiap 50 dan 100 meter. Setelah sampai pada batas yang telah ditentukan dari ruas sungai, lakukan pembidikan dan taksirkan jaraknya kembali, ulangi sampai melampaui 3 belokan sungai, kemudian buat gambar sungai tersebut berdasarkan hasil catatan yang ada pada tabel, skala dapat di misalkan 1 cm untuk 100 meter atau lebih kecil lagi, kemudian cari padanan atau bentuk yang mirip dari gambar sungai yang kita buat dengan peta sungai yang kita bawa, dengan demikian kedudukan kita di peta dapat ditentukan yaitu pada titik terakhir yang kita buat, jika belum di dapat juga ulangi sampai beberapa belokan lagi.
NAVIGASI RAWA
Navigasi rawa adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di medan rawa. Navigasi rawa merupakan navigasi pada daerah dataran sehingga prinsipnya sama dengan navigasi gurun pasir. Tidak ada tanda ekstrim (bukit atau lembah) yang dapat dijadikan patokan. Jika pada rawa daerahnya datar dan kadang di penuhi aliran sungai yang dapat berubah akibat banjir, maka pada gurun pasir pun daerahnya selalu berubah-ubah akibat tiupan angin. Seperti pada navigasi darat (gunung hutan), maka langkah pertama yang paling penting sebelum memulai perjalanan adalah mengetahui letak titik pemberangkatan di peta. Tanda-tanda medan yang dapat dijadikan sebagai patokan adalah sungai, lokasi desa terdekat, garis pantai (jika dekat dengan pantai), jadi perlu diperhitungkan kecermatan orientasi medan yang teliti.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam navigasi rawa adalah:
1) tentukan titik pemberangkatan kita di peta;
2) bidik arah perjalanan yang diambil, catat sudut kompasnya;
3) ukur dan catat jarak tempuh perjalanan dengan sudut kompas tersebut, lakukan terus untuk setiap bagian perjalanan sampai menemukan tanda yang dapat dijadikan patokan, misalnya sungai, jika belum dijumpai, lakukan terus sambil mencari tempat beristirahat. Cara mengukur jarak: a) Dengan penaksiran jarak (jika sudah mahir), seperti navigasi man to man atau pemakaian back azimuth pada navigasi gunung hutan, pemegang kompas berjalan di belakang dan rekan lainnya berjalan menurut sudut kompas. Batas jarak pengukuran untuk satu segmen tergantung dari mata dan telinga, artinya sampai batas pengelihatan jika medannya tertutp atau sampai batas pendengaran jika medannya terbuka, jadi panjang suatu segmen relatif, tergantung medan yang dihadapi; b) Dengan menggunakan pita ukur atau tali, caranya sama seperti di atas, tetapi didapat hasil yang lebih teliti; c) Dengan alat bantu ukur yang di pasang pada pinggang pemegang kompas, yaitu pemegang kompas berjalan paling belakang, rekan yang di depan membuka jalur sesuai arah sudut kompas, ikat ujung benang pada titik awal pada saat membelok atau merubah arah, lihat angka yang tertera pada alat pengukur tersebut. Putuskan benang dan ikat kembali ujung yang baru pada titik belok; d) Dengan alat pengukur langkah yang dipasang pada pinggang bagian depan. Catat jumlah langkah untuk setiap arah sudut kompas. Ambil patokan 10 langkah sama dengan beberapa meter, atau kelipatan yang habis dibagi dengan 10;
4. Plot hasil pengukuran tersebut pada peta, pergunakan skala peta yang sesuai dengan skala peta yang dimiliki, jika pengukuran jarak dan sudut kompas teliti maka akan didapat hasil yang akurat.
5. Pemeriksaan posisi akhir dengan orientasi medan. Jika tersesat, minimal kita mempunyai catatan perjalanan untuk kembali ke tempat semula.
6. Jika sudut kompas dan jarak tempuh sudah ditentukan, maka plot di peta arah lintasan kita. Lakukan perjalanan dengan sudut kompas tersebut dan pergunakan cara melambung jika medannya tidak memungkinkan untuk dilalui, dengan tidak melupakan poin 2 dan 3.
Catatan: cara berjalan di rawa
a. Bawa tongkat dan tali. Tongkat untuk mengukur kedalaman lumpur rawa, dan tali untuk membantu menarik teman yang terbenam.
b. Berjalan secara beriringan. Usahakan bejalan berdekatan dengan tanaman yang ada, injak bekas tumbuhan semak, rumput, atau akar tumbuhan yang ada kaarena tanahnya relatif lebih keras.
c. Tebas ranting pohon, dan letakkan secara melintang pada jalur yang akan diinjak, gunanya untuk menahan lajunya turunnya badan kita ke dalam rawa, prinsipnya sama seperti orang berjalan di atas salju yang lunak dengan menggunakan sepatu ski, semakin luas permukaan yang diinjak, maka semakin ringan beban yang ditanggung oleh salju.
d. Waspadalah terhadap binatang yang banyak terdapat di sekitar tanaman yang tumbuh di daerah rawa, umunya mereka berbisa.
NAVIGASI PANTAI
Navigasi pantai adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di daerah pantai. Navigasi pantai jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan navigasi rawa dan sungai, sebab sebuah garis posisi sudah diketahui, yaitu sebuah garis tepi pantai, jadi hanya dibutuhkan sebuah tanda lagi untuk melakukan resection. Tanda-tanda medan yang dapat dijadikan patokan adalah: – sudut arah dari garis pantai; – tanjung atau teluk; – muara sungai;- pulau atau karang yang terdapat disekitar pantai; – bukit yang terdapat didaerah pantai; – kampung nelayan
Jika sudah terlatih navigasi gunung hutan, maka navigasi di daerah pantai tidak menjadi masalah, karena pada navigasi pantai lebih ditekankan pembacaan peta. Tanpa bantuan kompaspun sebenarnya kita dapat berjalan di tepi pantai, kompas dibutuhkan jika harus melakukan perjalanan potong kompas, menghindari rintangan yang berupa tebing terjal yang tidak mungkin untuk dilewati.
Langkah-lagkah yang harus dilakukan dalam navigasi pantai:
1) Plot posisi kita dengan cara resection.
2) Berjalan mengikuti garis pantai selama masih memungkinkan.
3) Catat waktu perjalanan untuk waktu yang berbeda atau tiap menjumpai tanda yang mudah dikenal. Ini dilakukan untuk mempermudah kita jika kehilangan posisi. Periksa posisi kita di peta setiap menjumpai tanda-tanda medan yang mudah dikenal, misalnya tanjung dan muara sungai.
4) Jika menemui rintangan yang berupa tebing karang yang tidak mungkin dilewati, lakukan resection untuk menentukan posisi terakhir sebelum tebing tersebut. Setelah itu rencanakan perjalanan melambung dengan bantuan kompas sampai melewati rintangan. Pada tebing karang, umumnya perjalanan harus melewati tanjakan dan turunan yang terjal.
Apakah Orienteering itu?
Orienteering adalah olah raga yang mana seorang orienteer (pelaku orienteering) menggunakan peta dan kompas dengan tepat dan akurat untuk menemukan titik dipermukaan bumi. Hal ini menjadi suatu kenikmatan jika dilakukan di hutan atau sebagai olahraga yang dilombakan.
Standar jalur orienteering terdiri dari start, rangkaian dari titik kontrol yang ditandai dengan lingkaran, dihubungkan oleh garis dan angka agar didatangi oleh peserta,dan finish. Lingkaran pada titik kontrol terletak ditengah tempat yang akan ditemukan;atau disebut juga deskripsi kontrol (kadangkala disebut petunjuk). Diatas tanah, bendera kontrol menandakan lokasi dimana orienteer harus mendatangi lokasi tersebut.
Untuk membuktikan telah datang,seorang orienteer menggunakan “punches”/alat pelubang kertas atau stempel yang tergantung dekat bendera untuk menandai kartu kontrol yang dibawanya.Tanda pelubang tidak sama pada tiap titik kontrol untuk membedakan titik kontrol satu dengan lain.
Jalur antara “control” tidak selalu spesifik, dan ini keseluruhannya tergantung kepada orienteer,pemilihan rute yang tepat dan kemampuan navigasi adalah esensi utama dari orienteering.
Banyak kegiatan orienteering menggunakan titik start yang sama dengan finish untuk memastikan bahwa tiap orienteer mempunyai kesempatan untuk memilih rute mereka sendiri, dengan batasan waktu yang telah ditentukan.
Peta
Meskipun mungkin untuk melakukan orienteering dengan sembarang peta, tetapi akan lebih mudah lagi jika menggunakan peta yang khusus untuk orienteering. Selain petanya akurat dan detil, peta tersebut disiapkan dengan skala manusia, daerah-daerah dan perkembangan wilayah dipetakan sehingga apa yang nampak di peta adalah hasil dari pembangunan manusia, dan perluasan wilayah berlangsung dengan cepat.
Peta orienteering berkembang dengan cepat kurang lebih 50 tahun yang lalu. PAda tahun 1940an, kegiatan orienteering di Skandinavia menggunakan peta 1 : 100.000 (1 cm : 1 Km),menggunakan peta terbitan pemerintah, kadang hitam putih dan tanpa garis kontur untuk menampilkan bentuk dari daratan. Dewasa ibanyak kegiatan orienteering dilaksanakan dengan peta 5 warna yang meminterval kontur 5 meter dan memakai skala 1 : 10.000 (1 : 100 meter).
ni,
akai
Banyak ciri-ciri peta orienteering yang berhubungan dengan peta untuk mendaki gunung dan peta yang digunakan umumnya yang dibuat oleh pemerintah. Bagaimanapun, satu gambaran dari peta orienteering yang spesifik adalah : garis utara peta. Pada contoh terlihat disini, garis tersebut digambarkan dengan warna biru (pada beberapa peta berwarna hitam). GAris utara peta adalah garis lurus/sejajar yang membujur dari selatan magnetiske utara magnetis, dan membentang sepanjang 500 meter pada peta. Mengapa garis utara pada peta orienteering tidak sama dengan utara sebenarnya? sebab sudut antara utara magnetis dan utara sebenarnya (deklinasi) sangatlah besar pada beberapa tempat di dunia, dan alasan orienteer menggunakan kompas untuk menentukan arah nmeraka sendiri (kearah utara magnetis, bukan utara sebenarnya, ini menjadi standar untuk garis patokan pada peta sehingga mudah untuk menggunakan kompas orienteering untuk menentukan sudut kompas.
Beberapa aturan umum untuk simbol peta orienteeting dibuat agar sistem mudah dimengerti.
Simbol Peta Orienteering:
Simbol hitam digunakan untuk bentukan batuan (sebagai contoh batu besar, tebing, tanah berbatu) dan untuk tampilan garis seperti jalan,jalan setapak, gang sama seperti bangunan bangunan buatan manusia (sebagai contoh, reruntuhan dan gedung-gedung)
Simbol coklat digunakan untuk bentukan tanah seperti garis kontur, retakan tanah, bukit kecil.
Biru digunakan untuk bentukan air: danau, kolam,sungai, jeram,rawa-rawa.
Kuning untuk menampilkan vegetasi – khususnya untuk tanah terbuka tanpa hutan. Kepadatan dari warna kuning menunjukkan : warna kuning terang untuk padang rumput, kuning pucat untuk padang rumput dengan rumput yang tinggi.
Hijau digunakan untuk menunjukkan vegetasi yang menghambat pergerakan dari seorang orienteer. Daerah yang berwarna paling hijau, disebut “fight”, yang hampir tidak mungkin untuk dilalui.
Putih di peta orienteering menunjukkan hutan dengan sedikit atau tanpa tanaman dibawah pohon – hutan yang dapat dilaluio oleh orienteer dengan mudah.
Ungu (atau merah) digunakan untuk menandai jalur orienteering di peta. Kondisi yang spesifik untuk kegiatan orienteering (seperti tempat untuk outbound dimana tanaman pertanian tumbuh) juga didesain dengan warna merah.
SIMBOL PETA ORIENTEERING
Bentukan Tanah
Bentukan Air
Tampilan Garis
Bangunan Buatan Manusia
Bentukan Batuan
Vegetasi
Sebuah Jalur Orienteering
Sebagian besar jalur orienteering adalah titik-titik yang beraneka ragam, dengan start, yaitu sebuah rangkaian dari kontrol yang harus didatangi dan telah dirancang secara berurutan, dan finish. Biasanya orienteer tidak melihat peta dan jalur sampai sesaat sebelum dimulai start. Bagaimanapun, pada lomba tingkat lokal yang kecil, petanya mungkin sudah akrab, dan para orienteer dapat mengkopi jalur ini dari peta induk sebelum di mulai lomba. Ada beberapa jalur-jalur yang tersedia pada satu pertandingan. Penggolongan dimulai dari putih (jalur pendek untuk pemula) kemudian kuning, oranye, hijau, coklat, merah dan biru (jalur yang panjang untuk ahli).
Ini adalah contoh dari jalur pemula. Peta ini memiliki 4 kontrol yang harus didatangi secara berurutan yang mana kontrol tersebut saling berhubungan dan diberi nomor, walaupun orienteer tidak dipaksa untuk mengikiti garis (hal ini lebih mudah untuk keluar sedikit dari jalan yang telah ditentukan dan menggunakan jalan setapak). Dengan jalur yang menjadi sebuah lembaran petunjuk, menjelaskan lokasi yang tepat dari bendera kontrol di dalam lingkaran pada peta.
Lembaran petunjuk pada jalur ini adalah:
PUTIH 3.5 km , menanjak 75 m Start: pojok dari peta
1
BL
persimpangan jalan
2
JC
percabangan sungai
3
PG
ujung barat daya dari hutan
4
MP
barat daya akhir dari bukit kecil
5
BL
bagian atas dari lembah kecil
Finish: Pojok timur laut dari gedung (350 m)
Penjelasan petunjuk:
Nomor dari kontrol (tampak pada peta)
Kode kontrol (biasanya dua huruf) yang akan dipasang pada bendera di lokasi yang sebenarnya
Deskripsi dari ciri-ciri kontrol, termasuk(secara tepat) bagian dari ciri-ciri dimana bendera digantung.
Karena deskripsi lisan menjadi agak berubah-ubah, sebaiknya spesifik ke bahasa dari penyelenggara kegiatan, para orienteer yang lebih maju menggunakan sistem dari simbol untuk meberi definisi petunjuk. Simbol petunjuk saling berhubungan tetapi mirip dengan simbol peta, dan sistem simbol petunjuk internasional sangat berguna untuk dipelajari untuk kemajuan seorang orienteer di luar tahap pemula.
Sekilas Tentang Orienteering
Orienteering berarti peta, hutan dan petualangan. tidak menjadi masalah apakah itu orang muda ataupun tua. anda dapat berlari dengan cepat, berlari dengan pelan ataupun berjalan. Anda dapat memulainya sesuai dengan keinginan dan memilih rute anda sendiri antara marker/tanda merah atau putih. Jika anda ingin sesuaitu yang menyenangkan, udara segar, menjelajahi wilayah pedesaan – orienteering dapat menjadi olahraga yang cocok bagi anda!
apakah orienteering? Orienteering adalah olahraga dimana pesaing nenentukan arahnya sendiri antara titik kontrol atau khususnya yang tergambar di peta. Ada berbagai macam orienteering, yang paling umum adalah orienteering dengan berjalan kaki. Untuk kegiatan ini, jalur membentang sepanjang kurang lebih 2 km untuk pemula dan anak-anak sampai 12 km untuk orienteer dewasa yang sudah berpengalaman. Pada beberapa kegiatan orienteering ada beberapa jalur untuk pemula dan untuk yang sudah ahli. Banyak Kegiatan orienteering di mulai pada kegiatan yang diberi kode warna (C4).
Mengapa Melakukan Orienteering? Orienteering mengambil lokasi di berbagai tempat di alam terbuka, dari taman kota sampai pedesaan hutan dan moorlands. Anda dapat menikmati pemandangan pedesaan, yang kadangkala belum pernah anda kunjungi, hal ini mudah, jalan yang tidak melelahkan menjadi tetap bugar.
d Orienteering adalah olah raga yang sempurna untuk pelajar. Karena mempunyai jalur yang menantang untuk segala usia dan kemampuan, dan dapat digunakan sebagai elemen di kurikulum nasional untuk IPA, Geografi dan Mathematika. Orienteering adalah sebuah aktivitas yang dapat dilakukan di halaman sekolah sama baiknya dengan di daerah pedesaan.
Pemilihan Jalur pada Orienteering
Navigasi pada orienteering dapat dibagi dalam dua faktor:
memilih satu dari beberapa rute yang mungkin untuk mencapat kontrol point
menemukan jalan anda sendiri sepanjang rute
Sekali anda belajar beberapa teknik dasar orienteering dan teknik navigasi, anda akan selalu dapat menemukan kontrol – jika peta yang diberikan akurat. Oleh karena itu, banyak perbedaan waktu individual dapat terjadi karena pemilihan rute. Ini memang benar adanya ketika kecepatan melewati wilayah bervariasi secara dramatis di tempat yang berbeda-beda, yang mana dapat terjadi oleh banyak alasan:
jalan setapak di hutan lebih cepat dilewati
vegetasi dipeta yang berwarna hijau dapat memperlambat perjalanan
jalan menanjak dan kemudian menurun mungkin lebih lambat dibandingkan jalan mendatar
jalur lebih cepat yang potensial mungkin tanpa bantuan navigasi, ketika rute yang lebih panjang/pendek menyediakan pendekatan navigasi yang mudah ke titik kontrol.
Faktor lain adalah tiap-tiap individu mungkin mempunyai kekuatan yang berbeda-beda; seorang mungkin berlari sangat cepat di jalan setapak, tetapi lambat secara drastis ketika masuk hutan; yang lain mungkin tidak mempunyai kecepatan yang baik, tetapi tangguh ketika jalan menanjak; yang lain lagi mungkin tidak punya kepercayaan diri dalam kemampuannya membaca kompas, tetapi mungkin sangat baik dalam hal membaca kontur. Jalur terbaik untuk pemula mungkin bukan jalur terbaik unruk para orienteer yang ahli. Pilihan rute yang diberikan pada lomba diantara titik-titik kontrol mungkin mempunyai banyak solusi pilihan jalur yang terbaik. Tetapi, solusi jalur yang terbaik mungkin tidak menguntungkan ketika seorang orienteer tidak merencanakannya secara cermat. Sebagai contoh, peta diatas dimana didalamnya terdapat pilihan jalur/rute dan variasi-variasinya yang diberikan kepada orienteer papan atas pada Kejuaraan Nasional swedia beberapa tahun yang lalu. Tiap jalur orienteer ditampilkan oleh satu garis merah, dan tempat dimana beberapa individu memakai jalur yang sama, nomor
berwarna merah ditampilkan berapa banyak orienteer mengikuti beberapa bagian dari jalur. Beberapa tempat tidak bisa dilewati karena tanaman pertanian sedang tumbuh dan ditandai dengan silang merah. Meskipun ini mungkin contoh yang ekstrem, hal ini menunjukkan variasi dari jalur (dan kombinasi subset dari jalur) yang dapat terjadi pada single leg.
Tipe-Tipe Kompas
Kompas yang baik mempunyai cairan yang terdapat di dalamnya; cairan tersebut mengatur gerakan dari jarum, sehingga anda dapat menggunakan kompas dengan baik walaupun memegangnya kurang dengan sempurna. Jangan membeli kompas yang murah tetapi tanpa cairan yang terdapat di dalamnya. Jarum kompas diwarnai dalam dua warna. Jika kompas digenggam secara benar (mendatar), ujung warna merah mengarah ke utara, dan putih mengarah ke selatan. An interesting detail is that there are northern- and southern-hemisphere compasses. This has to do with the fact a compass needle aligns, point into the earth at the north and south magnetic poles. Ketika anda menggunakan kompas utara hemispher di, katakanlah, austeralia, arah selatmagnet mengarah kebawah oleh medan magnet, dan juga lebih berat dibanding arah utara – hasil di jarum yandapat ditangkap dan ditarik pada dasar kompas ketika kompas diletakkan secara horizontal. When you usenorthern hemisphere compass in, say, Australia, the south end of the magnet is pulled downwards by the magnetic field, and is also heavier than the north end – resulting in a needle that catches and drags on the bottom of the compass housing when the compass is held horizontal. A good compass will last a long time. However, some things can go wrong with a compass: the plastic components can break, or the housing can develop a leak. Over time, the fluid within the housing may turn an opaque blue-green. And, very rarely, the magnetization of the compass needle may reverse, so that the south end now points to north. Ada Dua Tipe Kompas Orienteering : baseplate atau kompas protractor
that the magnetic field lines, to which
an dari
g
a
Kompas tipe ini ditemukan oleh Kjellstrom bersaudara semasa perang dunia II dan terdiri atas sebuah rectangular baseplate, yang ditandai dengan panah warna merah sepanjang axis, dan lingkaran kompas ditandai derajat (hampir di seluruh dunia untuk lingkaran penuh adalahy 360 derajat , tetapi sebagian belahan eropa menggunakan 400 derajat). Tanda dibagian dasar rumah kompas adalah sebuah panah dan sebuah garis paralel di dalam panah tsb. tampilan tambahan mungkin termasuk lanyard untuk memasang kompas di pinggang, garis skala untuk ukuran jarak peta sepanjang satu atau lebih ujung dari baseplate, sebuah cermin untuk membaca peta secara detail, dan lubang berbentuk lingkaran dan segitiga untuk menandai jalur orienteering diatas peta. Kompas Jempol / Ibujari
Di pertengahan tahun 1980 an, sebuah organisasi orienteering top dari Swedia membuat terobosan untuk mengganti kompas baseplate dengan mempertajam baseplate dan membuat lubang untuk memasang kompas tsb di jempol. Kompas ini lalu dipasang di jempol tangan kiri, diletakkan di atas kompas
yang juga dipegang dengang tangan kiri pula. Keuntungan dari sisitem ini adalah peta dan kompas selalu di baca dalam satu unit, peta menjadi lebih mudah di baca dan cepat, ditambah satu tangan bebas bergerak; kekurangan adalah sudut yang sangat akurat sesuai dengan sudut kompas sangat sulit diambil. Kesukaan seseorang biasanya menentukan pemakaian tipe kompas yang akan dipakai; kejuaraan dunia memperbolehkan penggunaan kedua tipe kompas tersebuat.
Menggunakan tipe kompas yang lain, ada dua skill dasar yang dibutuhkan seorang orienteer :
Membaca Peta
Mengambil Sudut
Menggunakan kompas untuk membaca peta
Ini adalah teknik yang sederhana, dan ini mungkin kegunaan kompas yang paling penting :
Pegang kompas secara horizontal.
Letakkan kompas mendatar di atas peta.
putar peta sampai “garis utara” dari peta sejajar/satu garis lurus dengan jarum kompas.
Arah peta sekarang sudah sama dengan medan yang sebenarnya. Ini membuat lebih mudah dibaca, seperti membaca tulisan akan lebih mudah dari atas ke bawah.
Mengambil sudut
Setiap arah dapat dinyatakan sebagai sebuah sudut dengan acuan arah utara. di dalam kemiliteran atau kepramukaan, ini dinamakan sebuah “azimuth”, dan sudut-sudutnya dinyatakan oleh angka dengan satuan derajat. Orienteer mempunyai cara yang mudah, hanya mengatur sudut pada kompas mereka dan menjaga jarum tetap dan tidak berubah, yang mana akan membawa mereka ke arah yang di tuju. Cara mudah mengatur arah pada kompas orienteering adalah :
letakkan kompas di atas peta sehingga jarum kompas mengarah ke atas sesuai dengan jalan yang ingin anda tuju
putar rumah kompas sehingga jarum kompas paralel dengan arah utara yang terdapat di peta (pastikan titik panah utara dan bukan selatan)
take the compass off the map and hold it in front of you so that the direction of travel arrow points directly ahead of you
rotate your body until the compass needle is aligned with the arrow on the base of the compass housing
pick out a prominent object ahead of you along the direction of travel, go to it, and repeat the process (this way you can detour around obstructions but still stay on your bearing)
< tuju. anda yang kompas sudut dengan searah baru objek temukan tersebut, target pada sampai Ketika kompas. melihat tanpa pilih tadi menuju Berjalanlah anda. tujuan belukar) semak atau tebing pohon, (misalnya medan di ada>
Bagaimana anda tahu telah menemukan titik kontrol?
Bendera titik kontrol ditandai dengan lingkaran di peta. Bendera titik kontrol ini biasanya buatan pabrik digantung pada sebuah kotak segitiga seperti layang-layang dengan kerangka dari kawat. Tiap tiga segi empat bagian sisi-sisinya terbagi menjadi dua warna, segitiga bagian atas berwarna putih dan segi tiga bagian bawah
berwarna oranye. Di Amerika Utara, bendera biasanya digantung pada cabang pohon atau kayu dekat titik kontrol, sedangkan di Eropa bendera biasanya digantung di tiang kayu atau taing logam yang ditancapkan kedalam tanah.
Ditempelkan atau diletakkan dekat bendera kontrol satu atau lebih dan sebuah kartu dengan ” kode kontrol”. Tiap bendera ditandai dengan kode kontrol yang unik dan tidak ada yang sama, biasanya terdiri atas kombinasi dua huruf (angka boleh digunakan, tetapi aturan internasional menyatakan bahwa angka 1-40 tidak diperbolehkan untuk kode kontrol). Kode-kode ini biasanya terdaftar pada petunjuk yang menjelaskan kontrol pada tiap jalur, dan banyak orienteer menulis kode kontrol di kotak koresponden pada kartu kontrol, untuk memastikan bahwa mereka tidak melobangi kontrol yang salah atau pada kotak yang salah dari kartu pelobang. .
Bagaimana anda membuktikan jika telah mengunjungi titik kontrol?
Pelobang diletakkan atau digantung dekat bendera kontrol. Pelobang untuk orienteering adalah alat dari pastik berwarna merah terang dengan nomor dari gigi logam yang tajam. Orienteer menggunakan pelobang ini dengan menekan gigi logam yang mempunyai tanda tertentu pada kartu kontrol, di kotak koresponden pada titik kontrol yang sedang dikunjungi. Ketika titik kontrol telah dikunjungi oleh beberapa peserta, ketika titik kontrol digunakan oleh beberapa jalur yang berbeda, beberapa alat pelobang, semua menggunakan dengan tanda yang sama.
Pada garis finish, orienteer memberikan kartu kepada panitia, yang kemudian mengecek apakah pelobangan kartu kontrol sesuai dengan nomor kontrol tersebut.
kartu Kontrol
Kartu kontrol dapat terdiri dari banyak bentuk, tetapi yang paling penting didalamnya terdapat kotak nomor untuk dilobangi. Untuk hampir semua lomba orienteering, start dimulai secara per individu atau berkelompok, sehingga tidak ada dua orang atau kelompok pada titik start pada waktu yang sama. Tujuannya adalah agar tiap individu melakukan navigasinya sendiri; mengikuti peserta yang lain dilarang dalam peraturan.
Kejuaraan orienteering dunia dan beberapa kejuaraan nasional berdasarkan pada satu race. akan tetapi, pada kejuaraan orienteering Amerika Utara biasanya menggunakan dua jalur yang terpisah yang dilaksanakan selama dua hari (kadang dengan peta yang terpisah pula) total point tertinggi dan waktu tercepat selama dua hari akan menentukan pemenang, dan kejuaraan dunia yang terbesar, Sweden’s O-Ringen, adalah lomba yang dilaksanakan selama 5 hari dengan pemenang ditentukan oleh total waktu tercepat. Banyak lomba termasuk variasi jalur dari tingkat pemula (navigasinya
mudah, sekitar 3 km) sampai kategori tertinggi (sukar, sekitar 10 km). Kejuaraan yang lebih besar juga akan mempunyai kelas yang berbeda untuk pria dan wanita, dan juga untuk kelompok umur yang berbeda.
Daftar Istilah Orienteering
Aiming Off – tindakan dengan sengaja menuju satu sisi dari titik kontrol atau tempat sehingga anda sudah tahu jalan singkat atau berputar untuk mencapai kontrol sebelum anda melihat titik kontrol tsb.
attack Point – sebuah tampilan alam dekat dengan titik kontrol yang dapat di temukan tempatnya dengan navigasi yang cermat dengan menggunakan peta dan kompas.
Sudut Kompas – arah perjalanan yang diketahui melalui kompas.
Catching Feature (juga dinamakan Collecting Feature atau Backstop)- sebuah tampilan di peta dan di alam yang terletak di luar titik kontrol atau atau setelah melewati titik kontrol yang mengindikasikan bahwa target telah terlewati.
Cek Poin – sebuah tampilan di peta atau tanah yang dapat digunakan bahwa anda masih berada pada rute pilihan anda.
Kontur – garis di peta topografi yang menghubungkan tempat-tempat yang berketinggian sama dari permukaan laut.
Kontrol/ Kontrol Marker/ Marker- sebuah marker berbentuk segi empat (biasanya berwarna oranye atau merah dan putih) digunakan untuk menandai suatu titik di sebuah jalur orienteering, biaasanya dengan stempel atau pelobang yang terpasang untuk menandai kartu kontrolsebagai bukti kedatangan peserta.
Kartu Kontrol- sebuah kartu yang dibawa oleh setiap peserta, dimana akan distempel atau ditandai pada tiap titik kontrol untuk membuktikan kedatangan peserta.
Lingkaran Kontrol – sebuah lingkaran yang digambar mengelilingi titik kontrol di peta untuk mengindikasikan lokasi dari sebuah titik kontrol. Titik kontrol harus benar-benar berada ditengah-tengah lingkaran.
Kode Kontrol – huruf atau angka pada tanda kontrol yang memungkinkan peserta untuk mengecek ulang bahwa titik tersebut adalah benar.
Deskripsi Kontrol – daftar yang diberikan kepada tiap peserta yang sangat jelas menerangkan tiap titik kontrol. dan juga diberikan kode kontrol.
Bentuk Kontrol – suatu tampilan alam atau buatan manusia dimana kontrol tersebut digantungkan.
Tanda Kontrol – see control.
Nomor Kontrol – angka yang digambarkan disamping tiap lingkaran kontrol di peta. Pada jalur lintas alam, nomor kontroltersebut adalah titik yang wajib didatangi. bagian atas dari angka harus mengarah keatas.
Pelobang Kontrol – pelobang dari plastik kecil dengan desain berbeda dari pin. Digunakan untuk membuktikan tiap titik kontrol telah didatangi.
Jalur – sebuah rangkaian dari kontrol yang terdapat di peta yang akan didatangi oleh peserta orienteering.
Jalur Lintas Alam – jalur klasik yang digunakan untuk hampir sebagian besar kompetisi. Titik kontrol wajib didatangi oleh tiap peserta.
Dog-Leg – penempatan posisi dari sebuah kontrol yang favors approaching dan meninggalkan sebuah kontrol dari rute yang sama, untuk mendahului pesaing yang lain mencapai titik kontrol. Desain jalur yang menghasilkan dog-leg sebaiknya jangan digunakan.
Orienteering Murni – penggunaan navigasi yang sangat teliti di wilayah yang detil biasanya tergantung penggunaan kompas, kompas dan penghitung langkah, dan biasanya menggunakan jalur pendek.
Simbol Finish – sama juga dengan lokasi titik start:
Jika lokasinya terpisah dengan titik start:
Melipat Peta – orienteer melipat peta mereka untuk membantu konsentrasi, hanya terpusat pada daerah yang mereka hadapi, dan untuk mempermudah menentukan posisi mereka.
Handrail – Sebuah garis lurus yang mendekati paralel rute anda dan berfungsi sebagai acuan untuk titik berikutnya.
Knoll- sebuah bukit kecil.
Leg – sebuah bagian dari jalur diantara dua titik kontrol.
Legenda Peta – sebuah daftar dari simbol yang terdapat pada peta.
Tampilan Garis – sebuah tampilan yang mengarah pada satu tempat atau arah untuk jarak yang sama misalnya: jalan setapak,selokan, dindning batu, dan aliran air. digunakan sama seperti handrail.
garis Lomba – lomba dimana peta ditandai dengan sebuah garis yang mengindikasikan rute yang sebenarnya yang harus dilalui. Peserta menandai lokasi yang tepat dari tiap kontrol yang mereka temukan sepanjang jalur.
Orientasi Peta – membandingkan kondisi di peta dengan keadaan yang sebenarnya di alam. Ini adalah ketrampilan mendasar di orienteering, dan berpengaruh terhadap keberhasilan navigasi. Peta dapat diorientasikan hanya dengan membandingkan keadaan peta dengan wilayah atau dengan menggunakan kompas untuk menentukan arah utara.
Peta Induk/Master Map – sebuah peta yang dipasang dekat titik start yang mana peserta dapat mengkopi jalur mereka kedalam peta kosong yang mereka buat. banyak orienteer yang berpengalaman akan mengkopi jalur kedalam peta mereka ketika lomba sudah berjalan. Walaupun mereka diperbolehkan melakukannya sebelum waktu start di mulai. Di lomba yang lebih besar, jalur sudah dicetak di dalam peta yang akan peserta gunakan.
Penghitung Langkah – sebuah sistem dengan menghitung dua langkah (setiap kali kaki kiri atau kanan menapak tanah) untuk mengukur jarak yang telah dilalui. Seorang orienteer akan mengukur jarak antara dua titik dengan menggunakan skala pada kompas dan lalu menghitung langkah mereka sampai jarak sudah tersebut sudah tercapai. Penghitung langkah membantu seorang orienteer untuk mengetahui ketika mereka mungkin berjalan terlalu jauh atau kehilangan titik kontrol yang mereka cari.
Tampilan Titik – sebuah tampilan di alam yang hanya mencakup wilayah yang kecil. Contoh di peta adalah boulders, pits dan mounds, stumps, dan root mounds. Mereka tidak dapat sebagai tempat kontrol untuk sebuah jalur tanpa mereka berada di handrail.
Sudut Kompas yg Cermat – beberapa kompas dapat digunakan untuk mengambil sudut kompas yang teliti (searah jarum jam dari utara) yang mana dapat dijadikan patokan di alam terbuka
Pelobang – tindakan untuk menandai kartu kontrol dengan melobangi katru kontrol yang mereka bawa.
Reentrant- sebuah lembah kecil yang menurun kearah kaki bukit. Sebuah sungai memotong kaki bukit yang menciptakan sebuah tipe bentuk reentrant. pada sebuah peta, garis kontur didiskripsikan sebuah titik reentrant dipuncak bukit.
Sudut Keselamatan/savety bearing – sebuah sudut kompas yang, jika diikuti, akan membuat orienteer yang tersesat kejalan atau tempat utama lain. Ini mungkin dapat ditambahkan ke dalam daftar deskripsi kontrol sebagai jalur keselamatan.
Peluit Keamanan – sebuah peluit yang dapat digunakan jika peserta terluka atau tersesat. International Distress Signal adalah enam (6) tiupan pendek diulang selama interval satu (1) menit.
Skor/Nilai – peserta mendatangi beberapa titik kontrol semampu mereka dalam waktu yang telah ditentukan, misalnya 30 menit. Jika jaraknya bertambah atau titik kontrolnya sulit dicapai maka nilainya akan lebih tinggi dibanding dengan yang
lebih dekat atu lebih mudah di jangkau. Nilai akan dipotong untuk tiap kelipatan waktu ketika orienteer telah melebihi batas waktu yang disediakan, misalnya 5 angka setiap peserta terlambat satu menit.
Spur – sebuah lembah kecil.
Start Event – sebuah lonba di mana peserta harus kembali ke start diantara tiap titik. Ini dapat digunakan untuk relay events atau untuk keselamatan dan komunikasi dengan panitia tetap terjaga.
Simbol Start -a segi tiga yang digunakan untuk menunjukkan tempat start di peta. Ini seharusnya benar-benar berada ditengah peta sebagai tempat pemberangkatan, dan satu titik diatasnya adalah titik kontrol pertama.
Jalur Terbatas – sebuah jalur yang selalu dibatasi dengan string line (berupa tali, pagar, tulisan dll). Jalur ini biasanya digunakan untuk anak-anak untuk mengakrabkan mereka dengan hutan.
Thumbing – sebuah cara memegang peta, menggunakan ibu jari anda untuk menentukan lokasi anda sekarang. Untuk melakukan ini dengan benar, anda harus melipat peta sehingga yang tampak hanya daerah lokasi anda sekarang